“Dalam menghadapi kerentanan yang terjadi pada generasi muda terhadap paham ekstremisme berbasis kekerasan, harus menciptakan sebuah iklim toleransi yang baik di dunia pendidikan. Ini dibantu dengan guru, dosen, dan pemimpin sosial."

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebutkan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme (RAN PE) periode kedua akan fokus menciptakan iklim toleransi di dunia pendidikan dalam rangka menghadapi fenomena generasi muda yang rentan menjadi target kelompok radikal.

"Dalam menghadapi kerentanan yang terjadi pada generasi muda terhadap paham ekstremisme berbasis kekerasan, harus menciptakan sebuah iklim toleransi yang baik di dunia pendidikan. Ini dibantu dengan guru, dosen, dan pemimpin sosial," kata Direktur Perlindungan BNPT Brigjen Pol. Imam Margono dalam kegiatan diskusi kelompok terarah di Depok, Rabu (24/7), seperti dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Kamis (25/7).

Imam selaku Ketua Pokja Pilar I RAN PE mengatakan bahwa sejak 2023 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mengimplementasikan upaya tersebut melalui program pelatihan pada dosen tentang ekstremisme kekerasan.

Ia menuturkan bahwa Ditjen Dikti sudah mengawali upaya itu sejak 2023 dengan menyelenggarakan pelatihan tentang ekstremisme kekerasan secara luring dan daring yang diikuti oleh 800 dosen.

Pengembang Kurikulum Ahli Madya Kemendikbudristek Yusri Saad menjelaskan bahwa muatan kurikulum seperti moderasi beragama dan bela negara dapat menjadi nilai-nilai untuk mencegah ekstremisme berbasis kekerasan.

"Sekarang kami identifikasi muatannya, kami mengambil nilai-nilai positif yang kami jadikan tameng dalam pencegahan ekstremisme, yaitu pelajar Pancasila," ucap Yusri.

Yusri menyebutkan terdapat beberapa strategi untuk melihat potensi ekstremisme terorisme dalam satuan pendidikan, yakni pada mulanya dengan mengidentifikasi potensi ekstremisme di sekolah tersebut.

Baca Juga: