JAKARTA - Penyakit hipertensi atau darah tinggi dapat dicegah. Pencegahan yang dapat dilakukan dengan menanamkan pola hidup sehat sejak usia dini, terutama bagi mereka yang memiliki faktor genetika.

Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH ) dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, mengatakan, hipertensi dapat dicegah walaupun faktor genetik dan usia sulit untuk dimodifikasi. Pencegahan dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat dan edukasi yang dilakukan di sekolah.

"Pencegahan dimulai dari usia dini lebih mudah dibandingkan menyarankan perubahan gaya hidup bagi orang dewasa," ujar dia dalam konferensi pers virtual dengan tema Measure Your Blood Pressure, Control it, Live Longer, Selasa (17/5).

Orangtua dan guru mempunyai peranan penting dalam menanamkan pola hidup sehat pada anak-anak yang akan terus diingat dalam memorinya hingga mereka dewasa. Mereka perlu diajari tentang cara mengurangi paparan terhadap polusi udara sebagai upaya pencegahan hipertensi, selain mengatasi stres dan tidur yang cukup.

Eka mengatakan, seiring bertambahnya usia maka risiko hipertensi meningkat. Risiko meningkat tajam pada usia 45 tahun. Maka dari itu ia menyarankan untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara reguler dimulai pada usia 18 tahun, terutama yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi atau penyakit kardiovaskular.

"Pasien diabetes berisiko mengalami hipertensi sehingga dengan demikian harus dilakukan pemeriksaan darah berkala untuk mendeteksi adanya hipertensi," lanjutnya. Selain pengukuran tekanan darah di fasilitas kesehatan, dapat juga dilakukan secara mandiri di rumah atau di komunitas tertentu yang dikenal dengan Home Blood Pressure Monitoring (HBPM) atau disebut dengan Pengukuran Tekanan Darah di Rumah (PTDR). Dengan melakukan pengukuran yang benar dan akurat akan didapatkan hasil yang tepat.

PTDR sangat membantu untuk mendeteksi hipertensi jas putih, yaitu peningkatan tekanan darah saat diukur di klinik atau RS namun saat dilakukan pengukuran di luar klinik didapatkan tekanan darah normal. Pengukuran itu juga dapat digunakan untuk memonitor hasil pengobatan. "Dengan melakukan pengukuran mandiri membuat pasien menjadi lebih patuh dalam pengobatan," ungkapnya.

Kerusakan Organ

Sekretaris Jenderal Ina SH, dr.Djoko Wibisono, SpPD-KGH, dalam presentasinya menjelaskan, hipertensi yang tidak dikendalikan dan ditangani dengan tepat dapat menyebabkan kematian akibat kerusakan organ atau dikenal dengan istilah Hypertension-Mediated Organ Damage (HMOD). Dampak kerusakan pada otak mengakibatkan stroke, pada jantung mengakibatkan penyakit jantung koroner, infark miokard, pembesaran jantung kiri dan gagal jantung.

"Selain itu, hipertensi pada ginjal dapat menyebabkan Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang membutuhkan hemodialysis, hipertensi pada mata dapat menyebabkan retinopati yang berakhir dengan kebutaan," paparnya.

Komplikasi hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan tekanan darah baik dengan perubahan gaya hidup dan terapi farmakologi (obat). Kiat hidup sehat dengan hipertensi antara lain dengan menurunkan berat badan, mengatur diet mengurangi garam tidak boleh lebih dari 5 gram per hari.

Selain itu memperbanyak konsumsi sayur dan buah, menghindari lemak berlebihan, berhenti merokok, olahraga secara teratur, minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter, tidak meminum alkohol, mengendalikan stres. Di samping itu perlu melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin serta periksa laboratorium untuk deteksi dini terjadinya komplikasi.

Baca Juga: