BEIRUT - Tim SAR pada Jumat (4/9) kembali menjelajahi puing-puing untuk mencari kemungkinan orang yang selamat dalam insiden ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon, setelah terdeteksi denyut nadi di antara reruntuhan bangunan.

"Kami telah menggali puing-puing walau belum menemui hasil," ucap George Abou Moussa, tim penyelamat dari pertahanan sipil Lebanon.

Perangkat sensor khusus pada Kamis (3/9) berhasil mendeteksi denyut nadi di bawah gedung yang runtuh antara Distrik Gemmayzeh dan Mar Mikhail. Temuan ini meningkatkan harapan bahwa seorang yang selamat dapat ditemukan lebih dari empat pekan setelah bencana yang menewaskan sedikitnya 191 orang itu.

"Petugas penyelamat dari Cile dan tim pertahanan sipil Lebanon pada Jumat pagi memindahkan bongkahan puing dengan tangan mereka, melanjutkan operasi yang sempat mereka hentikan semalaman," lapor fotografer AFP.

"Denyut nadi yang mereka deteksi pada Jumat telah melambat secara signifikan dibandingkan dengan rekaman sebelumnya," kata Nicholas Saade, yang berkoordinasi antara tim penyelamat Cile dan Lebanon. "Setelah menyingkirkan puing besar, kami memindai lagi untuk detak jantung atau pernapasan, dan ternyata menunjukkan detak dan respirasi amat rendah tingkatnya," imbuh dia.

Dengan menggunakan tangan dan sekop mereka, para penyelamat bergerak ke arah sinyal, mencoba menemukan titik masuk yang akan memberi mereka akses ke orang yang selamat, kata Saade.

Bantuan dari tim pencari Cile diakui amat membantu dalam pencarian korban ledakan dahsyat di Beirut. Tim ini tiba baru-baru ini dengan seekor anjing pelacak yang dilatih untuk menemukan manusia, serta pemindai termal canggih yang dapat mendeteksi detak jantung dan pernapasan.

Otoritas di Lebanon sempat dicecar publik lewat media sosial setelah sebelumnya mereka mengatakan bahwa operasi pencarian dan penyelamatan telah dihentikan selama dua jam sehari sebelumnya karena puing-puing bangunan bisa menimpa tim penyelamat.

"Ada detak jantung di Mar Mikhail, dan ada pejabat tak berperasaan yang memutuskan untuk menghentikan operasi penyelamatan," cuit aktivis bernama Zahia Awad lewt media sosial Twitter. AFP/I-1

Baca Juga: