JAKARTA - Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta mengatakan penataan kawasan Kota Tua dan pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT) Fase 2A bakal menggenjot perekonomian Jakarta, baik dari sisi produktivitas sektor usaha hingga tenaga kerja.
"Penataan kawasan Kota Tua dan pembangunan MRT Fase 2A berpotensi meningkatkan wisata, hotel, restoran dan kafe serta UMKM," kata Kepala Perwakilan BI DKI Onny Widjanarko dalam sosialisasi tabel IRIO BPS DKI di Jakarta, Rabu (6/10).
Dia menjelaskan penataan kawasan Kota Tua di Jakarta Utara diperkirakan meningkatkan produktivitas sektor usaha penyedia akomodasi makan dan minum, hotel, restoran dan kafe di DKI Jakarta mencapai sekitar satu persen dan juga mendorong produktivitas sektor tenaga kerja sebesar 0,8 persen.
Sedangkan pembangunan MRT Fase 2A yang saat ini sedang dalam proses pengerjaan, lanjut dia, akan menggeliatkan sektor UMKM karena di sekitar stasiun MRT dibangun konsep pembangunan berorientasi transit (TOD).
"Di sekitar MRT ada kios-kios kecil dan itu akan mengangkat UMKM, lalu lintas sudah mulai tinggi, jadi tidak sulit nanti titik-titik di MRT menjadi pusat perdagangan, khususnya bagi UMKM," katanya.
Onny menambahkan penataan kawasan Kota Tua dan pembangunan MRT Fase 2A itu diperkirakan meningkatkan produk domestik bruto regional (PDRB) DKI Jakarta sebesar 0,1 persen per tahun.
Selain itu, lanjut dia, berdampak kepada kenaikan penyerapan tenaga kerja yang diperkirakan sebesar 0,03 persen.
Hasil perkiraan tersebut, lanjut dia, didapatkan setelah pihaknya melakukan penilaian pengembangan pariwisata berdasarkan input dan output (IO) 2016 dan model kompetitif equilibrium.

Tetap Positif
Onny memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2021 tetap berada di zona positif karena ada perbaikan di sektor perdagangan dan industri pengolahan.
"Aktivitas masyarakat DKI dari Google Mobility Index periode Agustus hingga September meningkat lagi. Kami perkirakan triwulan ketiga ini ekonomi tetap tumbuh positif," katanya.
Menurut dia, indikator ekspor juga menunjukkan aktivitas yang positif, misalnya ekspor mobil utuh (complete built up) meski kapasitas industri berorientasi ekspor dibatasi hanya 50 persen selama PPKM.

Baca Juga: