JAKARTA - Sejumlah ekonom menilai upaya untuk mencegah terjadinya resesi ekonomi harus selaras dengan tindakan untuk menahan laju pandemi Covid-19. Upaya tersebut diharapkan dapat mendorong kembali perekonomian dalam negeri tahun depan.

Ekonom Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Arianto Patunru dalam pernyataan di Jakarta, Jumat pekan lalu, mengharapkan pemerintah perlu untuk lebih fokus kepada upaya pengurangan laju penyebaran virus dengan memperbanyak tes, mempertegas aturan jaga jarak dan menggalakkan kebijakan pembatasan.

Pemerintah juga dapat memulai upaya pemulihan lewat sektor yang memiliki tingkat untuk sentuhan fisik minimal, misalnya pertanian, karena pertanian lebih berdaya tahan ketimbang pariwisata. Sementara itu, bagi sektor yang masih terkendala kebijakan pembatasan sosial, perlu adanya mekanisme kompensasi bagi individu yang terdampak.

Arianto mengakui krisis akibat Covid-19 ini telah menyebabkan terjadinya kontraksi di berbagai sektor lapangan usaha karena minimnya permintaan maupun penawaran. Untuk itu, melihat guncangan yang bersamaan terjadi di sisi permintaan maupun penawaran, laju inflasi nasional diperkirakan tidak akan setinggi krisis finansial sebelumnya.

Namun, menurut dia, tetap ada kemungkinan barang-barang tertentu mengalami kelangkaan dan kenaikan harga karena adanya penimbunan dan tidak meratanya akses. "Harus waspada terutama distribusi bahan esensial seperti pangan tetap terjaga. Stimulus lewat bantuan sosial juga bertujuan untuk menjaga daya beli untuk konsumsi pokok masyarakat," ujarnya.

Kekurangan Energi


Sementara itu, pengamat ekonomi Faisal Basri pemulihan ekonomi perlu dilakukan tapi penanganan Covid-19 harus juga jalan terus supaya resesinya tidak berkepanjangan.

Sebab, menurutnya, RI tak punya energi cukup banyak untuk menghadapi resesi tersebut. Sehingga pada 2021, pertumbuhan ekonomi yang terjadi lebih smooth (lancar).

Menurut dia, resesi itu hampir pasti terjadi namun yang harus dilakukan pemerintah adalah bagaimana membuat resesi itu sedangkal mungkin agar tidak sangat dalam. Resesi jangan dihindari dengan melakukan tindakan-tindakan yang progresif dengan menafikan Covid-19.

"Kita belum masuk resesi karena secara teknis berdasar penurunan level of output untuk kurun waktu tertentu atau pertumbuhan ekonomi yang minus selama dua triwulan berturut-turut. Jadi pada saat ini kita belum resesi karena di triwulan pertama kita masih positif pada angka 3 persen, begitupun di triwulan kedua kita belum tahu karena belum diumumkan," katanya.

Ant/E-10

Baca Juga: