Penanganan kemiskinan ekstrem tidak hanya sekadar peningkatan pendapatan, tetapi masyarakat juga diajarkan mengenai budaya untuk hidup lebih baik.

BEKASI - Menteri Sosial (Mensos), Tri Rismaharini, mengatakan penanganan kemiskinan ekstrem tidak hanya sekadar peningkatan pendapatan. Mereka juga diajarkan budaya untuk hidup lebih baik.

"Jadi tidak hanya sekadar mengajarkan mereka bagaimana mendapatkan pendapatan yang lebih, tapi juga mengajarkan budaya hidup untuk bisa lebih baik," ujar Risma, saat mengunjungi Sentra Terpadu Pengudi Luhur, di Bekasi, Senin (17/7).

Risma mencontohkan, pihaknya melakukan transfer budaya bagi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang ada di rehabilitasi sosial Kementerian Sosial (Kemensos).

Menurutnya, mengajarkan hal tersebut tidak mudah mengajarkan sebab mereka sebelumnya tinggal dengan bebas tanpa aturan.

"Mengubah budaya hidup itu tidak mudah. Jadi mereka biasanya tidak harus menjaga kebersihan, dia harus membersihkan tempatnya, itu tidak semudah itu," jelasnya.

Dorong Pemberdayaan

Risma mengungkapkan, pihaknya berkomitmen untuk mendorong PPKS keluar dari kemiskinan ekstrem. Menurutnya, beberapa di antara mereka saat ini sudah menghasilkan pendapatan di atas standar World Bank.

Dia menyebut, di Balai Rehabilitasi para PPKS mendapat pelatihan seperti usaha laundry, menjahit, pengolahan sampah, peternakan, dan lain sebagainya. Pihaknya juga akan terus mengembangkan balai rehabilitasi sebagai bagian dari program pengentasan kemiskinan ekstrem.

"Nanti kita akan sempurnakan terus untuk para penerima manfaat ini bisa lebih maksimal untuk pemberdayaannya sehingga mereka bisa sesegera mungkin bisa keluar dari kemiskinan," tandasnya.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Abraham Wirotomo, mengatakan, pemerintah optimis bisa mencapai target kemiskinan ekstrem 0 persen pada tahun 2024.

Pemerintah menggunakan 3 strategi besar yaitu pengurangan beban, peningkatan pendapatan, dan mengurangi kantong kemiskinan.

"Kita optimis angkanya akan semakin mengecil. Nah kenapa bisa semakin mengecil, pendekatannya berbeda," katanya.

Sosiolog dari Universitas Indonesia, Imam Prasodjo menginginkan, pemerintah daerah sampai tingkat kelurahan agar memiliki penanganan seperti yang dilakukan balai rehabilitasi Kemensos. Tidak hanya penampungan, tapi pembelajaran dan pemberdayaan.

"Nah oleh karena itu yang tinggal di sini bisa jadi tidak selamanya. Karena dia akan bergilir, tinggal di sini, diberi pembelajaran, diberdayakan dia punya pandangan lalu bergantian," ucapnya.

Baca Juga: