Dalam tiga tahun ke depan, sesuai dengan RPJMN, kementerian kesehatan berupaya mengatasi kesenjangan pengobatan penyakit kanker di Indonesia.

JAKARTA - Penanganan penyakit kanker harus merata di seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, pengobatan kanker masih menumpuk di Jakarta. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu, dalam Temu Media Hari Kanker Sedunia Tahun 2020, di Jakarta, Rabu (2/2).

"Konsep rujukan secara berjenjang akan diatur agar tidak menumpuk di Jakarta semua," ujarnya. Dia menyebut, menkes ingin daerah bisa menangani pelayanan kanker di rumah sakit dengan fasilitas memadai. Maxi mengakui, kesenjangan kualitas fasilitas kesehatan masih terjadi.

Dalam tiga tahun ke depan, sesuai dengan RPJMN, kementerian akan berupaya mengatasi kesenjangan tersebut. Dia mencontohkan, untuk pengobatan radioterapi kanker di Indonesia timur hanya ada di Surabaya. Itu pun pasien masih harus mengantre sampai 1 atau 2 tahun.

"Ini tidak boleh terjadi lagi. Kita harus meratakan penanganan kanker ke depan," jelasnya.

Lebih jauh, Maxi menekankan, pentingnya pencegahan untuk meminimalkan kematian akibat kanker. Menurut Global Burden of Cancer Study dari World Health Organization (WHO) mencatat, total kanker di Indonesia pada 2020 mencapai 396.914 kasus dengan kematian sebesar 234.511 kasus.

Maxi juga ingin pembiayaan BPJS Kesehatan untuk penanganan kanker bisa ditekan. "Caranya dengan mencegah lebih dini lagi. Maka, penting untuk melakukan deteksi dini," katanya. Dia mengakui, kesenjangan kualitas fasilitas kesehatan masih menjadi pekerjaan besar.

Dia menyebut, baik pencegahan maupun penanganan kanker masuk dalam transformasi kesehatan yang diusung Kemenkes agar produktivitas masyarakat bisa terjaga. "Kita melakukannya di awal paling penting untuk deteksi dini," tandasnya.

Sementara itu, Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes, Elvieda Sriwati, menyebut, 43 persen kematian akibat kanker dapat dicegah jika ditemukan di awal. Namun kepedulian masyarakat masih memprihatinkan. Selain itu, kesenjangan pencegahan kanker juga nyata.

"Kita harus mengatasi kurangnya pengetahuan masyarakat, Demikian juga perasaan takut akan hasil kalau memeriksakan diri. Itu harus kita atasi bersama. Sebab para pengidap tidak merasa sakit," ucapnya.

Baca Juga: