Pendorong lonjakan seperti klaster perkantoran, keluarga, ibadah bersama, dan buka puasa bersama. Ada juga momen-momen Idul Fitri. Perlu juga dicermati klaster penyekatan yang begitu berjubel sampai macet berkilo-kilometer.

JAKARTA - Pemerintah harus mengingatkan akan potensi "tsunami" atau menggilanya persebaran Covid-19 setelah Lebaran. Pemudik yang mulai banyak terinfeksi Covid-19 bisa menjadi superspreader (penyebar hebat). "Pemerintah mesti siaga mengantisipasi ancaman 'tsunami' Covid-19 usai Idul Fitri," kata Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono, Selasa (11/5), di Jakarta.

Kemarin tercatat tidak kurang 4.000 pemudik dinyatakan positif terkena virus korona. "Pemerintah harus sudah mengantisipasi dari sekarang kemungkinannya terjadi lonjakan. Jadi, tinggal siap-siap saja. Rumah sakit disiapkan," kata Pandu. Dia menuturkan, meskipun mudik dilarang, ternyata warga tetap pulang kampung. Banyak yang lolos dari penyekatan.

Untuk pengendalian Covid-19, semua harus bekerja sama, termasuk masyarakat agar tidak melakukan mobilitas tinggi, tidak mudik, dan tidak berkerumun.

"Terpenting masyarakat juga harus menerapkan protokol kesehatan yang semakin disiplin," katanya seperti dikutip Antara. Pandu menuturkan, lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah provinsi bukan lagi sekadar alarm, tapi harus menjadi pemicu mempersiapkan kemungkinan kondisi yang jauh lebih buruk.

Menurut dia, Indonesia hanya tinggal menunggu giliran akan mengalami 'tsunami' Covid-19 seperti sudah dialami beberapa negara. "Ini bukan alarm. Kita harus siap siaga. Semua negara sudah mengalami lonjakan. Malaysia sudah. Thailand sudah. Kan tinggal sebentar lagi Indonesia. Urutannya, kan dari India terus tetangganya Nepal, Bangladesh, Malaysia, dan Thailand. Nah, Indonesia sebentar lagi, habis Lebaran. Kita harus siap-siap," ujarnya.

Pandu meneruskan, kesiapsiagaan penanganan Covid -19 terutama dari segi medis dan 3T (testing, tracing, treatment). Rumah sakit, alat-alat kesehatan, tempat tidur, tabung oksigen, dan tenaga medis harus benar-benar disiapkan agar tidak terjadi kekurangan saat lonjakan terjadi.

Masalahnya, bila lonjakan kasus terjadi secara bersamaan, maka fasilitas kesehatan daerah-daerah tidak akan mencukupi. Pemerintah harus menyiapkan penanganan Covid-19 dari segi medis.

"Persiapkan semuanya, terutama oksigen. Jangan sampai kekurangan oksigen. Orang perlu bernapas karena terinfeksi berat itu sesak nafas," tandasnya.

Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama juga mengingatkan, semua harus menjauhi kerumunan saat Idul Fitri. "Tetap berada di rumah langkah terbaik untuk menghindari penularan SARS-CoV-2 penyebab Covid-19," katanya.

Klaster Penyekatan

Hal senada disampaikan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Tim Mitigasi IDI memperingatkan masyarakat untuk tetap mewaspadai lonjakan kasus Covid-19 usai libur hari raya, meski pemerintah sudah melarang mudik.

"Saat ini sudah terlihat kenaikan kasus kembali seperti tahun lalu, meski program vaksinasi terus berjalan. Kami mengingatkan agar seluruh fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, Puskesmas, klinik, para dokter, dan tenaga kesehatan lainnya bersiaga. Mereka harus menyiapkan ketersediaan ventilator, obat-obatan, dan alat pelindung diri, tempat tidur, ruangan, untuk mengantisipasi lonjakan kasus pasca-Lebaran, sampai 1-2 bulan ke depan," kata Ketua Tim Mitigasi Dokter IDI, dr Adib Khumaidi, SpOT.

Adib mengatakan, faktor lonjakan ini diperkirakan adanya klaster-klaster yang muncul selama beberapa bulan terakhir. Di antaranya, klaster perkantoran, keluarga, ibadah bersama, dan buka puasa bersama.

Ada juga momen-momen Idul Fitri. Perlu juga dicermati klaster penyekatan yang begitu berjubel sampai macet berkilo-kilometer. Penyekatan juga potensial menjadi klaster baru.

"Vaksinasi saja tidak menjamin tubuh kita kebal virus, apalagi hasil mutasi," katanya. Makanya semua wajib memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas. n wid/G-1

Baca Juga: