Pemkab Ponorogo pantau dampak penurunan debit Waduk Bendo
PONOROGO - Pemerintah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur terus memantau penurunan debit air Waduk Bendo selama kemarau, demi mengantisipasi dampak kekeringan yang memengaruhi pertanian daerah itu.
"Kami terus memantau perkembangan dan menerima laporan dari BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) terkait kondisi (debit) Waduk Bendo," kata Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko di Ponorogo, Jumat.
Dia menjelaskan kondisi turunnya debit air bendungan saat kemarau merupakan hal yang wajar.
"Bendo menyusut itu kalau kemarau pasti menyusut. Karena suplai air dari atas berkurang. Tapi masih bisa berfungsi," katanya.
Mengacu data BBWS debit air bendungan yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 7 September 2021 tersebut, volume airnya tersisa 50 persen dari kapasitas maksimal.
Maksimal kapasitas volume air bendungan tersebut bisa mencapai 43.457.979,43 meter kubik, sedangkan saat ini tinggal 26.346.454,56 meter kubik.
Kondisi tersebut dimungkinkan terus bertambah seiring belum adanya tanda-tanda penghujan.
Ia memastikan kondisi tersebut tidak akan memengaruhi kondisi pertanian, sebab diperkirakan volume air saat ini masih mampu mencukupi kebutuhan air di lahan pertanian di enam kecamatan sekitarnya.
"Memang tidak sebagus normalnya, tapi dipastikan air untuk pertanian tercukupi dan tidak memengaruhi hasil pertanian," katanya.
Kabid Tanaman Pangan dan Holtikuktura Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dipertahankan) Ponorogo Tri Budi juga menyampaikan hal yang sama. Jika bendungan Bendo masih mampu mencukupi kebutuhan air di sektor pertanian.
"Ada di enam kecamatan dan semua aman-aman saja. Enam kecamatan itu ada di Kecamatan Sawoo, Sambit, Jetis, Mlarak, Siman, dan Ponorogo kota," katanya.
Secara rinci, ia menjelaskan ada sekitar dua ribu hektare lahan yang bergantung pada aliran Bendungan Bendo.
Selama ini tidak mengalami kendala terutama pasokan air sejak bendungan tersebut diresmikan, meski mengalami kemarau.