Pemimpin oposisi Kamboja menyatakan bahwa pemilu yang akan dilaksanakan pada Minggu (23/7) tidak demokratis karena partai oposisi utama telah dicoret dari pesta demokrasi itu 

TOKYO - Pemilihan umum Kamboja dijadwalkan akan digelar pada Minggu (23/7), tetapi partai oposisi utama, Partai Cahaya Lilin, telah dicoret dari pesta demokrasi itu. Oleh karena itu, pemimpin partai tersebut menyerukan komunitas internasional untuk turun tangan.

Dalam sebuah sesi wawancara denganNHK, Teav Vannol, mengkritik keputusan pencoretan partainya dengan alasan dokumen yang diduga tidak lengkap.

"Mencoret Partai Cahaya Lilin seperti membunuh demokrasi di negara kita," ucap dia.

Pemilu kali ini akan diikuti oleh 18 partai politik, termasuk partai berkuasa, Partai Rakyat Kamboja yang dipimpin oleh PM Hun Sen yang sudah lama berkuasa. Pengamat mengatakan partai berkuasa akan memenangkan pemilu karena oposisi utama dicoret dari daftar peserta pemilu.

Pada pemilu sebelumnya lima tahun lalu, partai oposisi terbesar saat itu dibubarkan dan dilarang ikut serta. Akibatnya, partai Hun Sen menguasai semua kursi.

Teav Vannol mengatakan pemilu pada Minggu akan mengirim negara ke jalur yang salah. Ia meminta pemerintah Jepang, yang telah terlibat dalam upaya perdamaian di Kamboja melalui operasi penjaga perdamaian PBB, untuk bertindak. "Saya meminta Jepang untuk campur tangan agar Kamboja dapat kembali ke demokrasi," kata dia, seraya menegaskan bahwa partainya akan melanjutkan aktivitasnya meskipun ada tantangan.NHK/I-1

Baca Juga: