TOKYO - Pemimpin sekte hari kiamat di Jepang yang pernah melakukan serangan racun saraf mematikan pada jaringan kereta bawah tanah di Tokyo pada 1995, telah dieksekusi bersama 6 pengikutnya pada Jumat (6/7).

"Shoko Asahara, pemimpin karismatik dari sekte Aum Shinrikyo, bersama enam pengikutnya telah dihukum gantung. Mereka bertanggung jawab atas kekejaman yang amat mengerikan dan belum pernah terjadi sebelumnya. Kekejaman ini seharusnya tidak perlu terulang lagi," kata Menteri Kehakiman Jepang, Yoko Kamikawa.

Serangan racun sarin di jaringan kereta bawah tanah Tokyo pada 20 Maret 1995 menewaskan 13 orang dan melukai ratusan orang lainnya. Eksekusi kali ini merupakan gelombang pertama, karena masih ada 6 pengikut Aum Shinrikyo lainnya yang juga dituntut hukuman mati.

Serangan racun sarin di Tokyo terjadi saat jam sibuk pada pagi hari. Seketika itu saat terjadi serangan, terjadi kepanikan di Tokyo dan kabar aksi serangan itu sempat mengguncang dunia.

Setelah aksi serangan racun itu, terjadi penggerebekan oleh polisi ke markas sekte Aum Shinrikyo yang berada di kaki Gunung Fuji. Usai penggerebekan, polisi menemukan sebuah kilang yang mampu memproduksi racun sarin yang bisa menewaskan jutaan orang.

Asahara telah diputus hukuman mati dalam persidangan yang berjalan amat lama. Aum Shinrikyo dibentuk oleh Asahara pada 1984. Sifat karismatik Asahara menarik minat banyak calon pengikut termasuk diantaranya para dokter dan insinyur yang kemudian membuat racun saraf bagi sekte itu.

Sejumlah pakar menyebut pengaruh Asahara amat kuat sehingga mereka mewanti-wanti bahwa kematiannya bisa memicu dipilihnya ketua baru serta Asahara dan pengikutnya akan menyebutnya sebagai martir bagi sekte mereka. Hingga saat ini sekte Aum Shinrikyo belum dilarang.

Atas peringatan itu, polisi Jepang mengatakan bahwa mereka telah siaga atas kemungkinan aksi balasan. Sejumlah media di Jepang mewartakan bahwa polisi telah mengunjungi sekte Aum Shinrikyo serta calon ketuanya yang baru yang kemungkinan besar akan diambil oleh anak laki-laki ke-2 dari Asahara.

AFP/I-1

Baca Juga: