BANGKOK - Para pemimpin Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik atau Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) pada Sabtu (19/11) mengadopsiBangkok Goalsuntuk keberlanjutan pada pertemuan mereka, setelah ada desakan dari Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-Ocha, untuk menempatkan model ekonomi hijau sebagai strategi untuk pertumbuhan.
Sebagai tuan rumah, Thailand telah menempatkan keberlanjutan di bagian depan dan pusat diskusi yang juga mencakup isu-isu penting seperti inflasi, ketahanan pangan dan energi, serta perang Russia di Ukraina.
Bahkan sebelum APEC, PM Prayut telah mempromosikan model ekonomibio-circular-green, atau BCG, sebagai agenda nasional sebagai tanggapan atas kebutuhan untuk mengubah strategi pembangunan ekonomi dan sosial Thailand untuk mengeluarkan negara dari jebakan pendapatan menengah (middle-income trap)
Model BCG tersebut menyarankan agar langkah-langkah untuk memperkuat pertumbuhan berkelanjutan yang dibangun di atas ekonomi hijau di mana pemborosan bisa diminimalkan.
"Model ekonomi BCG akan menjadi mesin utama yang mendorong hasil nyata," kata PM Prayut dalam sambutan penutupnya di KTT APEC.
"Ini akan meletakkan dasar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Pasifik secara inklusif, berkelanjutan, ramah lingkungan, dan sistematis," imbuh dia.
Serangkaian Target
Bangkok Goalssendiri akan menguraikan serangkaian target pada lingkungan, perdagangan dan investasi, serta pengelolaan limbah. Hal ini juga menekankan perubahan iklim dan komitmen terhadap nol bersih ekonomi anggota dan tujuan netralitas karbon.
Saat ini anggota APEC mewakili lebih dari 60 persenoutputekonomi dunia.
Presiden Tiongkok, Xi Jinping, Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Kamala Harris, dan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, termasuk di antara peserta yang hadir dalam pertemuan para pemimpin APEC.
AS diagendakan akan menjadi tuan rumah KTT APEC tahun depan di San Francisco sebelum penyelenggaraan digelar di Peru dan Korea Selatan masing-masing pada 2024 dan 2025.SB/ST/Bloomberg/I-1