MANILA - Pemilihan umum legislatif di Filipina yang digelar Senin (13/5) diperkirakan akan semakin memperkuat kekuasaan Presiden Rodrigo Duterte. Jika hal itu terjadi, maka janji kampanye untuk memulihkan hukuman mati dan peluangnya untuk mengubah konstitusi, akan benar-benar terlaksana.

"Jika kalian sepakat dengan saya, maka kalian akan memilih para kandidat saya," kata Presiden Duterte, usai memberikan hak suaranya.

Dalam pemilu legislatif ini, lebih dari 18 ribu kursi diperebutkan, termasuk diantaranya setengah dari total jumlah kursi di Majelis Senat yang diantaranya bertugas untuk mengekang kebijakan-kebijakan kontroversial Duterte. Pemilu legislatif ini diikuti oleh sekitar 61 juta warga yang sudah memiliki hak suara, dan mereka akan memilih 43 ribu kandidat yang bersaing.

Di dunia internasional, Duterte, 74 tahun, dikenal dengan mulut besarnya dan aksi kampanye mematika melawa narkoba. Walau begitu di mata warga Filipina yang sudah muak dengan tak berfungsinya negara dan para pemimpin yang gagal untuk mengatasi masalah negara, Duterte masih amat populer.

Duterte ingin kembali memberlakukan hukuman mati untuk menumpas kejahatan terkait narkoba. Sejak ia berkuasa, ribuan pecandu dan pengedar narkoba harus kehilangan nyawanya di tangan polisi.

Kebijakan hukuman yang amat keras juga termasuk menurunkan umur pelaku kriminal yang bisa dikenai hukuman penjara dari tadinya 15 tahun menjadi 12 tahun.

Komisi Pemilu Filipina menyatakan bahwa jika tak ada halangan hasil perhitungan suara awal sudah bisa diumumkan pada Selasa (14/5) sore, sementara hasil p[erhitungan selengkapnya membutuhkan beberapa hari.

"Saya memilih banyak kandidat yang didukung Presiden Duterte karena pemerintahan pimpinan dia telah melaksanakan tugasnya dengan baik," kata pemilik suara asal Manila, Myrna Cruz, 51 tahun. "Saya mendukung progran kerjanya, termasuk kampanye antinarkoba, namun saya berharap pertumpahan darah segera berakhir," imbuh dia.

Dalam pemilu legislatif ini, keluarga Duterte seperti anak perempuannya yang bernama Sara, dan adiknya, Sebastian, akan berjuang untuk mempertahankan jabatannya sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Davao. Sementara anak tertua Duterte yang bernama Paolo, akan memperjuangkan kursi di majelis rendah DPR.

Aksi Kekerasan

Seperti halnya penyelenggaraan pesta demokrasi sebelumnya, pemilu di Filipina kali ini pun diwarnai pertumpahan darah. Berdasarkan laporan resmi pemerintah, sekitar 20 orang tewas dan 24 orang lainnya terluka terkait aksi kekerasan yang terjadi selama pemilu.

Militer Filipina menyatakan bahwa 9 orang ditembak dan terluka pada Senin saat terjadi konfrontasi di sebuah tempat pemungutan suara (TPS) di Pulau Jolo. Pulau di selatan Filipina itu merupakan sarang pemberontak. ang/AFP/I-1

Baca Juga: