JAKARTA - Pesta demokrasi 2019 merupakan suatu momentum bagi masyarakat Indonesia untuk memilih calon pemimpin bangsa serta calon wakil rakyat. Oleh sebab itu, banyak seruan untuk menjadikan Pemilu damai dan berintegritas. Kendati demikian, Sekretaris Jenderal Partai Golongan Karya (Golkar), Lodewijk F. Paulus, mengatakan bahwa Pemilu yang damai dan berintegritas harus dapat menyejahterakan rakyat.

"Mari kita tidak hanya menjadikan Pemilu damai dan berintegritas, tapi pasca Pemilu dapat mensejahterakan rakyat," ujarnya saat Seminar dan Bedah Buku 'Pemilu Damai, Berintegritas, dan Menyejahterakan,' di Ruang GBHN, Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (1/4).

Lodewijk menjelaskan, Pemilu yang damai dan berintegritas untuk menyejahterakan rakyat sangat terkait kepada tiga hal. Pertama, tingkat kecerdasan dan pendidiak masyarakat yang terlah memahami masalah-masalah bangsa. Kedua, kesiapan partai politik dalam melahirkan kader-kader yang kredibel, berkapabilitas, dan potensial.

"Yang ketiga kesiapan penyelenggara Pemilu dalam melaksanakan Pemilu yang demokratis, jujur, adil, responsif, dan efisien," tambahnya.

Menurut Lodewijk, tiga hal itu sangat penting dalam menjawab kebutuhan masyarakat, terutama yang menginginkan wakil rakyat yang responsif, kredibel, dan memiliki presentasi keterwakilan yang tinggi sehingga mampu menciptakan kesejahteraan rakyat. Kendati demikian, kecerdasan dan tingkat pendidikan masyarakat menjadi faktor utama dalam kejadian sumber penyelenggaran bagi sebuah Pemilu.

Kemudian, Ketua Fraksi Partai Golkar MPR RI yang juga penulis buku 'Pemilu Damai, Berintegritas, dan Menyejahterakan,' Agun Gunandjar Sudarsa, mengungkapkan bahwa peluncuran bukunya sebagai momentum ajakan kepada publik untuk memilih dan memilah kontestan mana yang menempatkan Pemilu itu tidak sekadar damai.

"Kita ingin tidak sekadar damai, kita ingin yang berintegritas, berintegritas itu hargamenghargai, menghormati, fair, jujur, tidak money politik, tidak ada serangan fajar," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini, mengatakan bahwa Pemilu 2019 di Indonesia merupakan salah satu Pemilu yang terkompleks di dunia. Hal itu karena Pemilu serentak antara legislatif dan presiden, dengan lima kotak suara di waktu yang bersamaan, menjadi sistem demokrasi terumit, sehingga masyarakat dihadapkan dengan kontestasi yang kompleks.

"Kita diperhadapkan pada kontestasi dengan polarisasi dan pembelahan politik luar biasa di masyarakat," ucapnya. tri/AR-3

Baca Juga: