Pada 18 September 1769, Naib Nazim dan Mohammed Reza Khan dari Dhaka melaporkan kepada Harry Berelst, Ketua Parlemen di Fort William, tentang musim kemarau. Pada bulan yang sama, penasihat Dewan, John Cartier, memilih untuk memberi tahu Dewan London tentang situasi mirip kelaparan yang akan terjadi di Benggala.

Pada 18 September 1769, Naib Nazim dan Mohammed Reza Khan dari Dhaka melaporkan kepada Harry Berelst, Ketua Parlemen di Fort William, tentang musim kemarau. Pada bulan yang sama, penasihat Dewan, John Cartier, memilih untuk memberi tahu Dewan London tentang situasi mirip kelaparan yang akan terjadi di Benggala.

Satu abad kemudian, sejarawan Skotlandia, William Wilson Hunter menganggap surat itu sebagai satu-satunya indikasi serius bahwa kelaparan akan segera terjadi. Akibat kurangnya penegasan dari Berelst, membuat bencana itu kemudian terjadi.

Surat lain yang dikirim ke dewan direksi pada bulan yang sama berspekulasi tentang potensi kerugian dalam pengumpulan pendapatan, namun tidak menyebutkan kelaparan.

Dalam buku Fables of Famine: Bengalla, 1770 and 1943, Parama Rout dari English Department, University California Davis, menyatakan, hal tersebut mendorong Dewan untuk membeli 1,2 juta gundukan beras untuk militer sebagai tindakan darurat.

Pada akhir Desember, harga pangan meroket, mengganggu stabilitas distrik barat Benggala dan Bihar. Pada 7 Desember, Reza Khan dan Sitabu Rai mengusulkan kepada dewan untuk menerapkan program pengumpulan biji-bijian yang manusiawi untuk tahun depan.

Tidak ada tanggapan terhadap usulan ini. WW Hunter kemudian menuduh orang-orang ini termotivasi untuk membesar-besarkan penderitaan yang biasa terjadi. Pada 25 Januari 1770, Cartier mengusulkan kepada Dewan untuk mengurangi pajak tanah di daerah yang terkena dampak sekitar 7 persen, dengan alasan penderitaan yang meluas.

Sepuluh hari kemudian, Cartier membalikkan pendiriannya, menyatakan bahwa dana tersebut terus dibayarkan meskipun ada tekanan yang serius. Pada 28 Februari, dewan mengusulkan keringanan hukuman bagi petani yang gagal membayar pajak karena kondisi panen yang buruk.

Rout menyebutkan, secara keseluruhan, hingga bulan Februari, belum ada rencana penyelamatan yang dibuat. Meskipun awalnya ada harapan bahwa nasib akan berbalik, hujan tidak turun dan panen musim semi buruk.

Mengikuti saran Reza Khan, dewan memilih kenaikan pajak sebesar 10 persen untuk memenuhi target pendapatannya. Harga biji-bijian terus meningkat sepanjang tahun, dan pada pertengahan bulan Mei keadaan sulit ini meledak menjadi kelaparan besar-besaran yang disertai dengan kelaparan massal, kemelaratan, dan kematian.

Harga pangan akan melonjak karena negara-negara kehabisan uang untuk membeli produk-produk yang langka dan perdagangan terhenti. Khan mencatat bahwa ratusan ribu orang meninggal setiap hari, kebakaran meluas dan tidak ada setetes air cadangan pun untuk memadamkannya. Keadaan ini berlangsung selama kurang lebih 3 bulan.

EIC hanya menawarkan sedikit mitigasi yang berarti. Tidak ada pemotongan pajak atau keringanan yang signifikan. Pada Oktober 1769, perusahaan meminta pembangunan gudang di Patna dan Murshidabad. Pejabat kota diinstruksikan untuk mencegah monopoli perdagangan dan mengizinkan petani menanam semua jenis biji-bijian kering, semampu mereka.

Pada bulan Mei 1770, Dewan memperkirakan sekitar sepertiga penduduk (sekitar 10 juta) telah meninggal. Disebutkan bahwa kelaparan telah menyebabkan terjadinya kanibalisme. Malaria dan kolera tetap menjadi faktor tambahan. Epidemi cacar yang terjadi bersamaan dengan dimulainya pandemi ini sangatlah parah, dan salah satu korbannya adalah Nawab Najabat Ali Khan dari Murshidabad. hay/I-1

Baca Juga: