Selain mendongkrak kenaikan harga minyak global, tensi geopolitik antara Iran dan Israel dikhawatirkan dapat mengganggu distribusi pangan dan energi dunia.

JAKARTA - Pertemuan terus memantau perkembangan situasi ekonomi global menyusul meningkatnya kembali tensi di kawasan Timur Tengah. Sebab, ketegangan baru antara Iran dan Israel dikhawatirkan dapat berdampak terhadap perekonomian dunia yang tengah merangkak pulih.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengadakan pertemuan dengan Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, dan jajaran eselon I Kementerian Keuangan, Minggu (14/4) malam, guna membahas perkembangan situasi ekonomi global dan tensi geopolitik terkini.

"Perkembangan situasi ekonomi dan keuangan global dan tensi geopolitik yang sangat tinggi bergerak cepat dan dinamis. Kondisi ini mempengaruhi berbagai indikator ekonomi yang perlu diantisipasi dan diwaspadai," kata Sri Mulyani dalam akun Instagram resmi @smindrawati, seperti dikutip di Jakarta, Senin (15/4).

Bendahara Negara mengatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan terus menjadi instrumen yang penting dalam menghadapi gejolak serta dinamika global dan nasional.

Seperti diketahui, kondisi global tengah berhadapan dengan ketegangan konflik antara Iran dengan Israel. Permusuhan terbaru antara Iran dan Israel dipicu serangan terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April lalu. Serangan itu menewaskan sedikitnya tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam Iran, termasuk dua jenderal penting.

Iran menuding Israel bertanggung jawab atas serangan fatal tersebut. Iran kemudian melancarkan serangan balasan dengan menembakkan puluhan rudal balistik dan ratusan drone ke Israel, Sabtu (13/4) malam.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji, mengatakan harga minyak dapat mencapai 100 dollar AS per barel akibat eskalasi konflik di Timur Tengah antara Iran dengan Israel.

"Dengan adanya konflik baru ini, Iran dan Israel, ini (harga minyak) sebetulnya tidak jauh dari angka 100 dollar AS. Saya katakan sependapat, kemungkinan besar harga ICP naik 100 dollar AS (per barel)," ujar Tutuka secara daring yang dipantau dari Jakarta, kemarin.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementerian ESDM, ICP (Indonesian Crude Oil Price) atau harga patokan minyak mentah Indonesia per 12 April 2024 sebesar 89,51 dollar AS per barel. Sebelum serangan Iran terhadap Israel, kata Tutuka, harga minyak sudah mengalami peningkatan kurang lebih lima dollar AS per barel tiap bulannya.

Distribusi Terganggu

Sementara itu, analis intelijen, pertahanan, dan keamanan, Ngasiman Djoyonegoro, memprediksi aksi saling serang Iran dan Israel bakal berdampak secara ekonomi dan politik dalam negeri. "Serangan ini terjadi di wilayah jalur perdagangan dunia. Jantung ekonomi global pasti akan terganggu," kata Simon, sapaan karibnya, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, awal pekan ini.

Apabila wilayah Terusan Suez terganggu, menurut dia, distribusi komoditas energi dan pangan dunia juga terganggu, misalnya minyak bumi, gandum, dan pasokan global bahan pangan lainnya. "Penguatan nilai dollar terhadap rupiah saat ini, baru indikasi awalnya. Kita siap-siap untuk menghadapi dampak berikutnya seperti harga minyak naik, sejumlah harga pangan berbasis gandum bakal naik, dan seterusnya. APBN kita harus dipersiapkan secara layak untuk menyesuaikan dengan situasi ini," katanya.

Baca Juga: