Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Abdurohman mengatakan bahwa pemerintah saat ini sedang mewaspadai perekonomian Tiongkok yang tengah mengalami pelambatan.

JAKARTA - Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Abdurohman mengatakan bahwa pemerintah saat ini sedang mewaspadai perekonomian Tiongkok yang tengah mengalami pelambatan.

"Salah satu negara yang punya hubungan kuat dengan Indonesia di mitra dagang adalah Tiongkok. Ini juga diperkirakan akan mengalami pelambatan dan ini perlu kita waspadai karena 20 persen ekspor kita ke Tiongkok," kata Abdurohman dalam seminar Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Selasa (21/11).

Dia menjelaskan perekonomian Tiongkok terus mengalami pelambatan imbas dari melemahnya sektor properti serta investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) yang menurun. Pelemahan kedua sektor tersebut berdampak signifikan lantaran keduanya menjadi sumber utama mesin utama penggerak ekonomi Tiongkok.

"Berbeda dengan Amerika Serikat dan kita yang lebih banyak didorong oleh konsumsi, perekonomian Tiongkok lebih banyak didorong oleh investasi, dan ini menjadi akar persoalan Tiongkok karena banyak investasi yang lari ke sektor properti, sementara sektor itu sedang mengalami banyak krisis," jelas Abdurohman.

Ia mengatakan persoalan lainnya yaitu banyak pemerintah daerah di Tiongkok yang mengandalkan sektor properti untuk penerimaan daerah, sehingga ketika sektor properti di sana mengalami guncangan, penerimaan mereka tertekan dan menimbulkan peningkatan utang.

Di Indonesia, sektor ekspor mencatatkan perlambatan pada kuartal III lalu, di mana kinerja ekspor terkontraksi sebesar 4,26 persen (year-on-year/yoy) pada kuartal III, sementara impor terkontraksi 6,18 persen yoy.

Meski begitu, industri manufaktur tumbuh 5,20 persen yoy, berkontribusi 1,06 persen yoy terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, permintaan domestik masih cukup kuat, yang tercermin pada kinerja konsumsi masyarakat dan investasi yang tumbuh masing-masing sebesar 5,06 persen dan 5,77 persen.

Kementerian Keuangan optimistis kinerja positif pada manufaktur dan konsumsi domestik dapat mengimbangi pelemahan kinerja ekspor. Secara bersamaan, pemerintah akan tetap mewaspadai gejolak yang terjadi pada sektor ekspor dan impor.

Baca Juga: