JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menegaskan gangguan jaringan telekomunikasi akibat putusnya Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) ruas Biak-Jayapura disebabkan faktor alam.

"Putusnya kabel optik bawah laut di wilayah tersebut bukan kali pertama terjadi," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate dalam siaran persnya, Selasa (8/6).

Dia menambahkan putusnya SKKL di wilayah yang sama sebelumnya telah lima kali terjadi. Berdasarkan hasil evaluasi, faktor utama adalah faktor alam. Empat kejadian sebelumnya diakibatkan faktor alam, sedangkan satu akibat dari alat bantu penangkapan ikan.

"Sehingga, dapat kami simpulkan sementara sebelum nanti keputusan atau evaluasi akhir disampaikan kepada media, yaitu potensi diakibatkan oleh faktor alam," ujarnya.

Johnny menegaskan gangguan itu tidak membuat Papua mengalami total blackout. Bahkan kini PT Telkom tengah menangani dan memulihkan jaringan di wilayah terdampak. Putusnya kabel laut tersebut berdampak pada total trafik dari normal sistem komunikasi di seluruh Papua sekitar 154 Gbps dari total trafik di Papua sebesar 464 Gbps, atau yang terdampak hanya sepertiga dari total trafik.

"Pada Jumat, 30 April 2021 pukul 19.40 WIB atau pukul 21.40 WIT, terjadi gangguan telekomunikasi akibat putusnya kabel laut ruas Biak-Jayapura. Tepatnya pada posisi 280 kilometer dari kota Biak dengan kedalaman 4.050 meter di bawah permukaan laut (Mdpl). Saya perlu tekankan ini karena ada kesan seolah-olah putusnya kabel tersebut mengakibatkan total black out di Papua, tidak betul," katanya.

Sementara itu, Direktur Utama Telkom Indonesia, Ririek Adriansyah menjelaskan terputusnya kabel laut ruas Biak-Jayapura menyebabkan kendala teknis. Karenanya, Telkom telah menyediakan backup secara bertahap untuk mengatasi masalah tersebut. Backup yang telah disiapkan itu masih untuk mengaktifkan layanan voice (suara) yang langsung tercover pada tanggal 30 April lalu sekitar pukul 22.30 WIB.

"Selanjutnya, kita upaya menambah kapasitas backup dengan mengaktifkan lagi di satelit maupun di microwave dan juga ada fiber optik. Sehingga pada tanggal 17 Mei itu menjadi 4,7 gigabyte, seluruh layanan sebetulnya sudah recover tapi kapasitas atau speed belum kembali normal karena keterbatasan kapasitas backup yang hanya 4,7 giga," katanya.

Ririek juga menjelaskan mengenai kapal yang digunakan untuk proses penyambungan kembali kabel bawa laut mengalami keterlambatan, Dirut Telkom menyatakan, sejak SKKL ruas Biak-Jayapura itu terputus pada tanggal 30 April, kapal baru bisa beroperasi di awal Juni.

Baca Juga: