JAKARTA - Pemerintah menargetkan angka stunting (gangguan pertumbuhan) yang saat ini masih 37,2 persen dapat turun di bawah 10 persen dalam jangka waktu 3-5 tahun ke depan. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan sinergitas antar kementerian dan lembaga yang lebih terintegrasi.

Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Eko Putro Sandjojo, mengatakan pihaknya bersama-sama dengan kementerian lain seperti Kemenkes memiliki misi yang sama untuk menekan masih tingginya angka stunting. Saat ini, kata Eko, angka stunting masih 37,2 persen, Ia meyakini dengan sinergitas antarkementerian dan lembaga maka angka stunting dapat ditekan hingga di bawah 10 persen.

"Kami bersama-sama akan berupaya menekan angka stunting hingga single digit," ujar Eko, dalam rembuk penanganan stunting di Jakarta, Selasa (27/3).

Menurut Eko, sebagian besar permasalahan stunting, berawal dari masalah ketidaktahuan, infrastruktur dan kemiskinan. Dengan penanganan stunting yang terintegrasi,lanjut dia, pihaknya yakin persentase stunting semakin menurun.

Eko mengatakan penanganan stunting atau gangguan pertumbuhan di pedesaan harus terintegrasi. Mulai dari pembangunan polindes, posyandu, penyediaan makanan sehat, pembangunan sanitasi dan air bersih, balai pengobatan desa, dan lainnya. "Semua itu bisa memanfaatkan dana desa," ujarnya.

Pembangunan posyandu ataupun polindes hingga balai pengobatan akan berpengaruh pada penanganan stunting. Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke-lima jumlah anak dengan kondisi stunting.

Stunting merupakan masalah gizi yang terjadi sejak dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun, yang tubuhnya lebih pendek dari anak seusianya.

Eko menjelaskan Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara maju, tapi salah satu kendala untuk menjadi negara maju adalah tingkat pendidikan dan kualitas sumber daya manusia.

"Kita ada potensi stunting dan itu adalah pekerjaan besar yang kalau tidak ditangani maka angkatan kerja kita tidak akan siap menyongsong Indonesia menjadi negara maju. Maka stunting menjadi pekerjaan rumah kita bersama.

Pola Asuh

Sementara itu, Sekretaris Forum Lintas Iman dan Agama (LIGA) Cegah Stunting, Hudallah, mengatakan stunting yang berdampak pada pertumbuhan balita tidak hanya ditemukan pada balita dari kalangan berpendapatan rendah tapi juga rentan terjadi pada anak-anak dari kalangan menengah.

"Sekitar 29 persen balita kelas menengah juga mengalami stunting. Hal ini disebabkan pola asuh yang salah," kata dia. cit/E-3

Baca Juga: