Pemerintah mengembalikan sembilan kerangka manusia diduga kuat sebagai tentara Jepang yang gugur pada Perang Dunia II. Kerangka tersebut berasal dari Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua dan kini telah sampai di Jakarta untuk diteliti lebih lanjut kepastiannya dengan menggunakan tes DNA.

JAKARTA - Pemerintah mengembalikan sembilan kerangka manusia diduga kuat sebagai tentara Jepang yang gugur pada Perang Dunia II. Kerangka tersebut berasal dari Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua dan kini telah sampai di Jakarta untuk diteliti lebih lanjut kepastiannya dengan menggunakan tes DNA.

"Ini merupakan misi kita untuk memuliakan manusia, sekaligus pengingat agar tidak terulang di masa mendatang," ujar Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid, dalam konferensi pers Ekskavasi dan Repatriasi Kerangka Tentara Jepang, di Jakarta, Jumat (28/6).

Hilmar menerangkan, penemuan sembilan kerangka ini merupakan hasil positif setelah pada 2019 lalu terjadi penandatanganan kesepakatan kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Kedubes Jepang. Kerja sama tersebut berkenaan usaha ekskavasi, sisa-sisa, jasad dari para serdadu Jepang yang meninggal waktu perang dunia II, khususnya di daerah Papua.

Dia menerangkan, temuan tersebut mungkin dapat dipandang sedikit mengingat pada saat perang terdapat puluhan ribu tentara Jepang di wilayah kepulauan Biak - Numfor. Adapun kegiatan ekskavasi dan repatriasi bertujuan untuk memenuhi kaidah ilmiah, akademis, kesehatan, dan memperhatikan aspek sosial-budaya.

"Berdasarkan keberhasilan dan tentu saja ditambah dengan evaluasi, maka penerapan Prosedur Operasional Standar pada kegiatan berikutnya diharapkan akan memperoleh hasil yang lebih baik lagi," jelasnya.

Hilmar menyebut, ekskavasi, pengumpulan, dan repatriasi kerangka tentara Jepang yang gugur bukan hanya sebatas identifikasi kerangka tentara Jepang atau bukan kerangka tentara Jepang. Lebih dari itu, kegiatan ini diharapkan mengarah pada detail mengenai siapa namanya dan siapa keluarganya yang masih ada saat ini.

"Oleh karena itu, kegiatan ini sarat dengan nilai kemanusiaan yang merupakan salah satu nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia," tuturnya.

Staf Ahli 1 Bupati Bidang Pemerintahan Hukum dan Politik Kabupaten Biak, Fransisco Olla, berharap, ekskavasi dan repatriasi berjalan lancar. Dia berharap, ada juga kerangka tentara Jepang yang tetap berada di Biak untuk mengungkit sektor pariwisata. "Kita berharap ada juga yang dikembalikan ke Biak karena salah satu keunggulan wisata di Biak adalah Goa Jepang," katanya.

Sebagai informasi, pada tahun 1944, sejarah telah mencatat bahwa di wilayah yang kini disebut Indonesia pernah menjadi teater Perang Dunia II. Pertempuran berlangsung di beberapa lokasi, salah satunya terjadi antara tentara Jepang dan Amerika di Kepulauan Biak - Numfor, Papua.

Baca Juga: