SURABAYA - Pemerintah harus terus mendorong upaya optimalisasi pemanfaatan energi hijau di Tanah Air. Dengan pemenuhan secara mandiri energi yang bersifat sebagai kebutuhan dasar dalam seluruh aktivitas, akan membantu perekonomian karena dapat signifikan menekan impor.

"Selama ini energi yang menjadi salah satu sumber defisit. Dengan mengembangkan energi hijau akan memenuhi salah satu kebutuhan dasar kegiatan ekonomi, yang juga akan berdampak sangat besar menekan impor," kata Ketua Pusat Kajian Ekonomi Kerakyatan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang, Munawar Ismail, kepada Koran Jakarta, Minggu (19/12).

Hal itu disampaikan Munawar merespons apa yang disampaikan Ketua Alumni Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Angkatan 1983 (Geo83), Anif Punto Utomo.

Menurut Anif, para ahli geologi dari UGM mendorong upaya optimalisasi pemanfaatan energi hijau di Tanah Air dengan menghadirkan buku Green Energy.

Anif menuturkan buku Green Energy merupakan pemikiran, solusi, dan rekomendasi dari para ahli geologi alumnus Teknik Geologi UGM Angkatan 1983. Para penulis memiliki latar belakang profesi beragam, mulai dari pengelolaan sumber daya kebumian (geotermal, migas, mineral, dan batu bara), geologi teknik, hidrogeologi.

Menghemat Devisa

Lebih jauh, Munawar mengatakan pemenuhan energi penting karena hampir semua kegiatan ekonomi menggunakan energi. Kalau bisa mandiri maka akan menghemat devisa yang luar biasa, karena bisa menekan defisit migas. Pengembangan energi hijau, tambah Munawar, tidak hanya pada hulu tapi juga hilirnya.

Munawar menambahkan pemanfataan energi terbarukan harus didorong salah satunya melalui instrumen regulasi. Perlu upaya jangka panjang pengembangan energi alternatif, seperti geotermal, surya, dan pohon jarak. Pemerintah perlu menciptakan iklim regulasi yang mendukung pemanfaatan energi terbarukan.

Menurut Munawar, regulasi ini penting karena banyak masalah yang muncul, seperti nilai pembelian, masalah lahan untuk tanaman jarak dan lainnya. Harus ada insentif untuk energi alternatif.

Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng, mendesak pemerintah untuk benar-benar serius menghentikan pemanfaatan energi kotor batu bara. Indonesia merupakan gudangnya energi hijau mulai dari geotermal, energi surya, dan energi lainya dari sampah tumbuhan.

"Karena itu manfaatkan potensi yang ada, bangun PLTS (pembangkit listrik tenaga surya), PLTB (pembangkit listrik tenaga bayu) dan jenis pembangkit EBT (energi baru dan terbarukan) lainnya," tegas Daeng.

Daeng meminta pemerintah dapat bersikap tegas pada pengusaha batu bara yang masih berharap energi kotor itu tetap menjadi andalan di Republik Indonesia.

Baca Juga: