JAKARTA - Pemerintah dinilai lalai melakukan mitigasi pada faktor-faktor yang menyebabkan terganggunya produktivitas pangan yang pada akhirnya memicu kenaikan harga (inflasi).

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Ahmad Muslim, mengatakan kelangkaan beras akhir-akhir ini akibat dari kurangnya mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Dampak El Nino, erupsi gunung berapi, banjir, limbah, dan perubahan suhu tidak disikapi dengan baik sehingga menyebabkan kegagalan panen.

"Belum lagi perubahan suhu yang menyebabkan wabah penyakit pada komoditas-komoditas tertentu. Kalau kita memitigasi, kita bisa mengantisipasi sebelum wabah penyakit itu muncul," kata Muslim.

Salah satu mitigasi yang bisa dilakukan pemerintah yakni dengan melakukan berbagai inovasi, misalnya menciptakan bibit unggul yang tahan terhadap cuaca dan wabah. Inovasi itu penting karena mayoritas petani dan peternak di Indonesia masih menggunakan cara-cara tradisional.

Selain mitigasi, Muslim juga mengungkapkan pentingnya pemerintah Indonesia memperluas lahan tanam padi. Sebab, lahan tanam yang ada saat ini tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. "Produksi utama beras kita masih rendah. Luas lahan tanam kita di angka 10,2 juta hektare. Padahal, idealnya luas lahan padi itu 500 meter persegi per kapita. Artinya, kita butuh sekitar 14 juta hektare, baru kita bisa memenuhi swasembada pangan," jelas Muslim.

Selain strategi jangka pendek, pemerintah perlu mengambil strategi jangka panjang, misalnya mengembalikan pertanian menjadi program strategis pemerintah.

"Kalau kita lihat, Kementerian Pertanian tidak termasuk ke dalam 10 kementerian dengan anggaran besar. Padahal, kita butuh program-program strategis berkelanjutan untuk menjaga ketahanan pangan," paparnya.

Waspada Jelang Ramadan

Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, dalam rakor Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Puasa dan Idul Fitri, di Jakarta, Senin (4/3), mengatakan inflasi komoditas pangan, khususnya beras, perlu diwaspadai menjelang Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah.

"Secara umum, pada momen Ramadan selalu ditunjukkan data historis di mana selalu terjadi inflasi," kata Amalia.

Beberapa tahun sebelumnya, beras bukan sebagai komoditas penyumbang inflasi terbesar jika dibandingkan dengan komoditas lainnya. Namun dalam tiga tahun terakhir, yang memberikan andil inflasi terbesar menjelang bulan Ramadan yakni daging ayam ras, telur ayam ras, dan daging sapi.

"Bulan ini, beras menjadi salah satu komoditas yang mempunyai andil terbesar dalam inflasi bulanan. Inflasi bulan Februari sebesar 0,37 persen (month to month/mtm), dengan inflasi harga bergejolak (volatile food) mengalami inflasi sebesar 1,53 persen, memberikan andil lebih tinggi yakni 0,25 persen dibanding komponen lainnya yaitu inflasi inti 0,09 persen dan inflasi harga diatur pemerintah 0,03 persen.

Baca Juga: