Sampai saat ini, upaya peningkatan produktivitas pangan masih setengah hari sebab produksi terus turun dan impor kian membengkak.

JAKARTA - Indonesia dibayang-bayangi penurunan produksi beras tahun ini seperti sudah diakui oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas). Terbukti, impor beras pada Maret 2024 melonjak 921,51 persen secara tahunan (yoy) dan naik 29,29 persen dibanding Februari lalu (mtm).

Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti, mengatakan penurunan produksi dan pembengkakan impor disebabkan belum adanya gebrakan kebijakan yang mendorong produktivitas secara signifikan.

"Perlu upaya kolaborasi antara pemerintah, swasta, LSM (lembaga swadaya masyarakat) dan lembaga penelitian, serta lembaga pendidikan untuk mendorong produksi tinggi," tegasnya kepada Koran Jakarta, Selasa (7/5).

Dia mencontohkan pemerintah membuat regulasi, swasta dan LSM membina petani, lembaga pendidikan melakukan penyuluhan dan rekomendasi kebijakan dan lembaga penelitian melakukan inovasi bibit bibit unggul.

Sementara terkait food estate diakuinya itu gagal. "Saya belum melihat 'hilal' dari food estate untuk mendorong produksi pangan," tegasnya.

Esther lebih menyarankan untuk memperbanyak sarana prasarana produksi dan membangun infrastruktur pertanian yang baik. "Food estate bukan prioritas solusi yang cepat untuk mendorong produksi beras dengan cepat. Butuh waktu," tandasnya.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, secara khusus memperhatikan stok beras atau cadangan pangan pemerintah. "Untuk beras kita harus bersiap. Ini karena setelah Mei, proyeksi produksi dalam negeri kemungkinan akan mengalami depresiasi sampai akhir tahun, kecuali ada luas tanam yang lebih dari satu hektare per bulannya," ujarnya.

Dia menambahkan, Bapanas telah meminta Bulog terus mengoptimalkan serapan produksi dalam negeri selama dua bulan ini. Saat ini, bahkan Bulog terus melecut penyerapan sampai 30 ribu ton setara gabah kering panen (GKP) per harinya.

Berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) BPS, produksi beras nasional di April 2024 diperkirakan mencapai 5,53 juta ton dan di Mei 2024 berada di angka 3,19 juta ton. Selanjutnya pada Juni 2024 diperkirakan produksi beras mulai menurun menjadi 2,12 juta ton.

Impor Meningkat

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024 RI sudah mengimpor beras sebanyak 567,22 ribu ton atau senilai 371,60 juta dollar AS. Angka impor beras tersebut naik 921,51 persen secara tahunan (yoy), dibandingkan Februari atau bulan sebelumnya volume impor beras naik 29,29 persen secara bulanan (mtm).

"Impor beras pada Maret 2024 itu kira-kira naik 29,29 persen," kata Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti.

Mayoritas impor beras pada Maret 2024 berasal dari Vietnam sebesar 286,26 ribu ton, Thailand 142,65 ribu ton, Myanmar 76,61 ribu ton, Pakistan 61,57 ribu ton, dan India sebesar 100 ton.

"Untuk beras negara asal impor utamanya berasal dari Vietnam, Thailand, dan Myanmar," papar Amalia.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan Indonesia tahun ini akan melakukan impor beras. Jumlah kuota impor beras itu sebanyak tiga juta ton. Airlangga mengatakan dari total impor beras yang akan dilakukan ini, sebanyak dua juta ton sedang dalam proses. II

Baca Juga: