JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pemerintah mendorong keberadaan industri bioavtur untuk mewujudkan energi baru terbarukan.
"Tentu hilirisasi dari gas alam, dari hilirisasi dari agrikultur, termasuk sawit, sekarang kita akan dorong untuk pengembangan bioavtur," kata Airlangga, dalam acara Tatap Muka - Orasi Ilmiah BJ Habibie Memorial Lecture: Peran Iptek dan Inovasi menuju Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Selasa (23/7).
Dia menyatakan bahwa potensi Indonesia dalam industri bioavtur sangat besar. Hal ini didasarkan pada ketersediaan minyak sawit mentah (CPO) yang melimpah di Indonesia, yang dapat digunakan sebagai bahan baku utama untuk produksi bioavtur.
"Dan CPO (crude palm oil)di dunia, kita juga menjadi salah satu produsen CPO terbesar," ujarnya.
Pengembangan industri bioavtur diharapkan dapat menjadi pemain utama dalam penyediaan bahan bakar penerbangan ramah lingkungan.
"Dan ke depan kita akan siapkan bioavtur, karena kita sekarang sudah menggunakan biodiesel 35 persen (B35). Ke depan bioavtur 3-5 persen, sehingga dengan hilirisasi di berbagai sektor, kita akan menjadi negara yang mempunyai kekuatan ekonomi," ujarnya.
Menurutnya, pengembangan industri bioavtur di Indonesia bukan hanya tentang memanfaatkan sumber daya alam yang ada, tetapi juga tentang menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Airlangga juga menjelaskan bahwa pengembangan bioavtur sangat penting untuk mewujudkan penerbangan yang menggunakan energi terbarukan di masa depan.
"Di teknologi penerbangan juga membutuhkan renewable energy ke depan," katanya.
Sebelumnya, Presiden Ri Joko Widodo (Jokowi) meminta ada hilirisasi pada komoditas kelapa dengan mengolah limbahnya menjadi bioenergi dan bioavtur agar dapat memberi nilai tambah bagi ekonomi hijau.
"Saya banyak melihat limbah kelapa sekarang menjadi bioenergi. Ini penting saya kira ke depan, ini terus bisa dikembangkan. Kemudian kelapa juga bisa jadi bioavtur," kata Presiden Jokowi dalam Konferensi Cocotech ke-51 di Surabaya, Jawa Timur, Senin (22/7).
Presiden Jokowi menuturkan proses hilirisasi ini dapat memanfaatkan kemajuan teknologi agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar pasar sehingga diminati oleh banyak negara di dunia.
Indonesia menjadi produsen komoditas kelapa kedua di dunia setelah Filipina dengan lahan kelapa seluas 3,8 juta hektare dan produksi mencapai 2,8 juta ton per tahun serta nilai ekspor mencapai 1,55 miliar dolar AS.
"Ini sangat penting bagi Indonesia sebagai produsen kelapa terbesar kedua di dunia," kata Jokowi.