JAKARTA - Pemerintah menilai tingkat inflasi terkendali dan relatif turun sepanjang tahun ini. Kesuksesan menurunkan inflasi tersebut karena sinergi baik antara pemerintah dna Bank Indonesia (BI).

"Indonesia termasuk yang sukses menurunkan inflasi tanpa membuat ekonominya harus redup karena suku bunganya naik terlalu ekstrem. Ini karena fiskal dan moneter, pemerintah dan bank sentral bekerja sama secara baik," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani saat kuliah umum Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (2/6).

Dengan demikian, pemerintah dan BI sepakat untuk tetap konsisten menjaga inflasi tahun 2023 pada kisaran 2 persen sampai 4 persen untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional di tengah masih adanya potensi risiko inflasi ke depan.

Sri Mulyani menegaskan, terdapat beberapa langkah strategis yang dilakukan untuk menjaga inflasi melalui penguatan koordinasi di tingkat pusat dan daerah, seperti memperkuat koordinasi kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional.

Di sisi lain, pemerintah dan bank sentral perlu menjaga inflasi komponen harga yang diatur oleh pemerintah (administered prices) dan inflasi komponen harga pangan bergejolak (volatile food), utamanya pada masa Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) sehingga pada akhir tahun berada dalam kisaran 3 persen hingga 5 persen.

Karena itu, Indonesia tidak selalu menggunakan kebijakan moneter dalam menangani inflasi, sehingga BI tidak menaikkan suku bunga setinggi dan seekstrem bank sentral negara lain.

"Tetapi inflasi Indonesia tetap turun. Karena apa? Karena kita menangani dari sisi pemerintah, sisi volatile food, dan administered price," ujarnya.

Dia menuturkan pengendalian inflasi menjadi salah satu kebijakan jangka pendek yang ditujukan untuk membangun pijakan yang kokoh dalam mewujudkan agenda pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah, baik pusat dan daerah, serta BI perlu terus berkolaborasi dalam menjaga stabilitas harga serta memastikan kelancaran distribusi dan pasokan komoditas esensial.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada April 2023 tercatat sebesar 0,33 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm) atau di bawah capaian bulan sebelumnya sebesar 0,40 persen (mtm).

Capaian itu berarti lebih rendah dari inflasi Ramadan dan Idul Fitri pada 2022 yakni 0,95 persen (mtm) pada April 2022. Secara tahunan, inflasi pada April 2023 tercatat sebesar 4,33 persen (yoy) dan dalam tren menurun sejak Januari 2023.

Baca Juga: