Kementerian ESDM sedang berupaya mengamankan pembiayaan dengan skema Just Energy Transition Partnership untuk transisi energi.

JAKARTA - Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal (Ditjen) Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM sedang berupaya mengamankan pembiayaan dengan skema Just Energy Transition Partnership (JETP) untuk membantu Indonesia dalam bertransisi energi.

"Kita perjuangkan angka 20 miliar dollar AS aman dengan komitmen, tetapi kan implementasi harus berjuang meyakinkan. Karena pada dasarnya komersial," ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, saat ditemui di Jakarta, Selasa (27/6).

Seperti dikutip dari Antara, Dadan menambahkan, jika hibah yang diterima Indonesia sebesar 160 juta dollar AS atau sekitar 2,39 triliun rupiah (asumsi kurs 14.995 rupiah) maka bantuan teknis besarannya pun sama Hibah JETP sekitar 160 juta dollar AS. Demikian juga untuk bantuan teknis.

Namun yang pasti, lanjut dia, 10 miliar dollar AS berasal dari pinjaman komersial, memang diakuinya jumlah bunga belum dapat diketahui secara pasti.

Dengan demikian, jumlah total dana hibah dan bantuan teknis yang dikucurkan diperkirakan mencapai sekitar 320 juta dollar AS atau setara dengan 4,79 triliun rupiah.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan, dana transisi energi Just Energy Transition Partnership (JETP) sejumlah 20 miliar dollar AS atau setara 300 triliun rupiah yang dijanjikan tak kunjung cair.

"Jadi gini, dari Indonesia semua persiapan-persiapan untuk 20 miliar dollar itu oleh Bapak Rachmat dengan timnya sudah siap, tinggal dari mereka (JETP)," kata Menko Luhut.

Program Percepatan

Luhut menjelaskan bahwa sejauh ini, pihak Indonesia telah siap untuk menjalankan program-program percepatan guna transisi energi, bahkan pemerintah telah menyiapkan beberapa PLTU yang akan diberhentikan operasional melalui pendanaan tersebut.

Namun, ia menyoroti kendala dari dana yang dijanjikan melalui skema JETP yang masih belum tersedia.

Wakil Direktur Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) untuk Indonesia, Said Zaidansyah mengatakan JETP merupakan transaksi keuangan terbesar di dunia terkait pendanaan transisi energi.

JETP yang memiliki dana sebesar 20 miliar dollar AS tersebut merupakan komitmen dari International Partners Group (IPG) yang terdiri negara anggota kelompok G7, Norwegia, dan Denmark untuk Indonesia.

"International Partners Group (IPG), Norwegia, dan Denmark memberikan komitmen pembiayaan 20 miliar dollar AS kepada Indonesia untuk bisa mencapai beberapa target, misalnya 34 persen energi bersih di tahun 2030," kata Said.

Indonesia Net-Zero Summit (INZS) 2023 adalah konferensi iklim tahunan yang diadakan oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) sebagai ruang pertemuan bersama bagi menteri, pejabat, diplomat, aktivis, musisi, selebriti, pemuda, masyarakat sipil dan kalangan lainnya untuk membicarakan isu iklim khususnya di Indonesia.

Said mengatakan pada tanggal 16 Agustus akan diluncurkan Kebijakan Investasi Bank Komprehensif (Comprehensive Investment Policy of Bank/CIPB) yang akan menentukan lingkup dari JETP.

Pada kesempatan yang sama, Said menyampaikan lembaga seperti ADB bisa membawa berbagai pihak yang bisa mendukung pemerintah untuk mencapai target emisi nol bersih (net zero emission/NZE).

"Oleh karena itu, ADB diminta oleh anggota IPG dan Pemerintah Indonesia untuk memberikan dukungan kelembagaan dan kapasitas implementasi kepada Sekretariat JETP," kata Said.

Baca Juga: