JAKARTA - Dengan target untuk menyelesaikan proyek infrastruktur yang tersisa, pemerintah pada Senin (20/1), dilaporkan akan memperkecil defisit fiskal tahun 2024, bahkan ketika pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan meningkat.

Dikutip dari Channel News Asia, pemerintah bulan lalu mencatat defisit fiskal sebesar 464,3 triliun rupiah (sekitar 30,64 miliar dolar AS) pada tahun 2022, atau 2,38 persen dari produk domestik bruto, berdasarkan data yang tidak diaudit.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan, ia mengharapkan defisit fiskal sebesar 2,84 persen dari PDB pada tahun 2023 dan, defisit APBN 2024 dalam kisaran 2,16 persen hingga 2,64 persen dari PDB.

Menanggapi rencana belanja APBN tahun depan, Sri Mulyani mengatakan, tantangan pertumbuhan ekonomi 2024 antara lain menjaga kepercayaan konsumen dan menjaga momentum investasi tetap kuat, serta mengantisipasi gangguan ekspor terkait isu geopolitik.

"Tahun depan anggaran akan dipertahankan. Di satu sisi penerimaan negara akan tumbuh dengan tax ratio yang terus meningkat dan belanja anggaran akan dijaga dengan disiplin dan sesuai agenda nasional," ujarnya.

Secara terpisah, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, mengungkapkan, ekonomi Indonesia pada tahun 2024 diproyeksikan tumbuh antara 5,3 persen dan 5,7 persen.

Menurutnya, sumber pertumbuhan itu adalah investasi dan konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari setengah PDB Indonesia.

"Sumber lainnya adalah transisi energi, pembangunan ibu kota baru, dan kebijakan hilirisasi sumber daya alam," tambahnya.

Data resmi menunjukkan awal bulan ini, ekonomi Indonesia tumbuh 5,31 persen pada 2022, tingkat pertumbuhan tahunan terbaiknya sejak 2013.

Konsumsi rumah tangga meningkat tahun lalu, didukung oleh pengeluaran terkait perjalanan dari pelonggaran pembatasan pandemi.

Pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen pada tahun 2023.

"Pemerintah juga memberikan proyeksi awal inflasi headline pada tahun 2024 pada kisaran 1,5 persen hingga 3,5 persen," tambah Susiwijono.

Baca Juga: