Pembangunan interkoneksi jaringan listrik Nusantara harus benar-benar untuk optimalisasi EBT, bukan sebagai solusi kelebihan produksi listrik dari PLTU batu bara.

JAKARTA - Pemerintah berencana membangun kabel listrik bawah laut untuk menyambungkan lima area utama kelistrikan di Indonesia atau yang dikenal dengan istilah Jaringan Listrik Supergrid Nusantara. Dengan adanya interkoneksi jaringan listrik supergrid, berbagai sumber energi baru terbarukkan (EBT) yang tersebar dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga bauran energi nasional berbasis EBT dapat meningkat.

"Kita akan membuat apa yang dinamakan national supergrid atau supergrid karena kita negara kepulauan yang teridri 17.000 atau 18.000 pulau yang pada saatnya akan kita hubungkan dengan kabel listrik bawah laut," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rida Mulyana, dikutip dari laman resmi Kementerian ESDM, di Jakarta, Selasa (7/2).

Rida mencontohkan pembangunan supergrid mirip seperti jaringan kabel Telkom yang menghubungkan seluruh wilayah Indonesia melalui kabel bawah laut.

Rida memastikan pembangunan supergrid akan diwujudkan untuk menyalurkan listrik dari satu titik ke titik lain. Hal itu dimaksudkan untuk mengoptimalkan sumber listrik EBT tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia dari Papua hingga Aceh.

Rida mengungkapkan Indonesia memiliki potensi EBT berlimpah mulai dari energi surya, bayu, hidro, bioenergi, panas bumi, dan juga laut yang totalnya 3.686 gigawatt (GW). Karena itu, potensi tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal.

Adapun pembangunan supergrid sebagai solusi pemerataan listrik berbasis EBT sebelumnya pernah diungkapkan Menteri ESDM Arifin Tasrif diacara BloombergNEF Summit 2022 bertajuk Indonesia's Sustainable Energy Transition Ambition di Nusa Dua, Bali, tahun lalu.

Menteri Arifin kembali menegaskan supergrid adalah salah satu upaya untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat karena banyak menggunakan pembangkit dari EBT.

Sebagai informasi, ide pembangunan Supergrid Nusantara digagas oleh Guru Besar Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung (ITB), almarhum Pekik Argo Dahono.

Saat itu, Pekik mengungkapkan gagasannya untuk menghubungkan jaringan listrik dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, sampai Papua. Pekik melihat potensi EBT di Tanah Air tidak merata dan jauh dari permintaan. Salah satu syarat mengembangkan EBT adalah dengan transmisi sehingga interkoneksi transmisi sangat diperlukan.

Tenaga Surya

Sementara itu, pengamat energi terbarukan, Surya Darma, ketika dihubungi, Selasa (7/2), mengatakan pemerintah memang harus lebih agresif meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi nasional. Dia menyarankan agar pemerintah memanfaatkan penggunaan energi surya untuk mengejar ambisi target NZE pada 2060.

"Capaian yang paling cepat, mudah, dan realistis adalah dengan memanfaatkan energi surya dalam bauran energinya secara nasional. Jika dibandingkan dengan lima klaster energi terbarukan lainnya, seperti hidrogen, panas bumi, bioenergi, angin, dan energi laut maka energi matahari memiliki banyak kelebihan," tegas Surya Darma.

Baca Juga: