Kinerja perekonomian semester II-2017 tak banyak berubah dibandingkan Januari– Juni lalu karena proyek infrastruktur saat ini diperkirakan baru berdampak pada pertumbuhan pada 2019.

Jakarta - Pemerintah diperkirakan kesulitan mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini karena kinerja perekonomian di sisa enam bulan terakhir diprediksi stagnan. Karena itu, reformasi struktural diperlukan guna mencari sumber penggerak pertumbuhan sehingga tidak hanya bergantung pada konsumsi domestik.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Ari Kuncoro, memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada semester II-2017 tak banyak berubah dibandingkan periode enam bulan pertama tahun ini. "Tidak akan banyak perubahan. Nanti semakin dekat tahun 2019 dengan proyek infrastruktur yang semakin kelihatan hasilnya, pertumbuhan bisa balik ke 5,1-5,2 persen," kata Ari, di sela-sela seminar Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), di Jakarta, Kamis (10/8).

Menurut dia, pemerintah perlu untuk mulai memikirkan daya dorong baru bagi pertumbuhan ekonomi supaya tidak didominasi sektor konsumsi rumah tangga. "Perekonomian harus menemukan daya dorong yang baru, jangan hanya konsumsi, contohnya ekspor dan investasi," kata Ari.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada triwulan II-2017 tumbuh sebesar 5,01 persen (year on year) sehingga membuat pertumbuhan ekonomi semester I-2017 sebesar 5,01 persen. Padahal, target pertumbuhan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017 ditetapkan sebesar 5,2 persen.

Untuk mencapai target tersebut, ekonomi pada semester II-2017 harus bisa mencapai 5,39 persen. Beberapa pihak pesimistis pertumbuhan ekonomi pada enam bukan terakhir 2017 mampu di atas 5,3 persen.

Jaga Daya Beli

Namun, pemerintah tetap optimistis mampu mencapai target pertumbuhan tersebut. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meyakini kinerja perekonomian pada semester II-2017 bisa tumbuh lebih baik dari periode Januari-Juni lalu. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Suahasil Nazara, meyakini perekonomian yang membaik itu didukung oleh perilaku belanja masyarakat serta rendahnya laju inflasi yang hingga Juli 2017 berada pada kisaran 2,6 persen.

"Kita tentu antisipasi biar pertumbuhan ekonomi membaik di semester kedua. Inflasi juga akan terjaga dan bisa tidak terlalu tinggi sehingga daya beli meningkat," kata Suahasil, di Jakarta, kemarin. Selain itu, dia memastikan konsumsi pemerintah yang tumbuh negatif pada triwulan II-2017, bisa berkontribusi positif pada semester II-2017. "Di triwulan III dan IV, kami yakin pengeluaran pemerintah akan lebih tinggi. Pemerintah akan menjalankan program yang direncanakan seperti PKH dan beras rastra," ujarnya.

Hal itu, kata Suahasil, juga didukung oleh penyerapan belanja modal yang akan membantu percepatan pembangunan infrastruktur dan investasi secara keseluruhan. Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan, Mardiasmo, meyakini transfer dana desa oleh pemerintah pusat mampu memulihkan daya beli masyarakat.

Selain memulihkan daya beli melalui pembangunan fisik, dana desa diyakini mampu menciptakan dan memberdayakan ekonomi masyarakat.

mad/Ant/E-10

Baca Juga: