Serapan lulusan pendidikan dalam dunia usaha dan dunia industri (DUDI) jadi salah satu indikator capaian peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu, institusi pendidikan, termasuk pendidikan vokasi harus berkolaborasi lebih intens dengan DUDI.

Adapun saat ini terdapat kesenjangan antara institusi pendidikan dalam hal ini pendidikan vokasi dengan DUDI. Lulusan vokasi masih sulit terserap lapangan pekerjaan. Padahal, pendidikan vokasi berorientasi untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja. Di sisi lain, industri juga kurang terlibat dalam berinvestasi menyiapkan lulusan yang siap kerja.

Untuk mengupas hal tersebut, Koran Jakarta mewawancarai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim. Berikut petikan wawancaranya.

Sejauh mana pemerintah mendorong kolaborasi antara pendidikan vokasi dengan industri?

Kami terus mengupayakan link and match antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Oleh karena itu, kebijakan insentif perpajakan super tax deduction bagi DUDI menjadi pendorong dalam memajukan pendidikan vokasi.

Kebijakan ini bertujuan untuk memperluas kesempatan pendidikan vokasi bekerja sama dengan lebih banyak industri untuk meningkatkan kualitas pendidikan vokasi di Indonesia. Ini mendorong vokasi mendapat kesempatan lebih besar untuk mendapat mitra dalam pengembangan kurikulum, peningkatan kualitas dan kuantitas pembelajaran, serta kesempatan pemagangan.

Apa harapan dengan adanya super tax deduction ini?

Langkah ini dapat membuka kesempatan bagi pendidikan vokasi untuk melakukan transformasi lebih optimal dalam meningkatkan kualitas lulusan vokasi secara berkesinambungan. Harapannya, langkah ini mendorong DUDI yang selama ini belum cukup terlibat untuk lebih terlibat dan berkontribusi kepada pendidikan vokasi.

Bisa Anda jelaskan tujuan antara kolaborasi dengan pendidikan vokasi khususnya?

Tujuan link and match adalah menyelaraskan pendidikan vokasi dengan DUDI. Kita ingin memperbesar peran DUDI terhadap pembelajaran dengan melibatkan pengajar dari kalangan DUDI. Pusat kurikulum dan pengajaran juga harus fokus pada industri, dan peran industri juga harus meningkat sebagai pemilik konten dari sekolah-sekolah vokasi kita.

Selain insentif pajak, apalagi upaya Kemendikbud dalam mendukung kolaborasi dunia pendidikan dengan DUDI?

Kami sudah menyiapkan tiga bentuk pendanaan yang disediakan bagi perguruan tinggi vokasi maupun universitas. Pertama, insentif untuk mencapai capaian IKU tersebut. Kedua, akan ada matching fund untuk pendanaan yang akan bekerja sama dengan pihak ketiga seperti industri atau badan riset. Ketiga, competitive fund di mana akan ada kompetensi Kampus Merdeka untuk benar-benar merealisasikan jati diri universiatas tersebut untuk melakukan lompatan invasi dan ini akan berbasis proposal based.

Apa yang diharapkan dengan adanya pendanaan ini?

Ada tiga tujuan utama yaitu lulusan yang bisa produktif mendapatkan pekerjaan dalam waktu singkat dan punya penghasilan yang layak. Kedua, adalah untuk dosen-dosen agar lebih mengerti kebutuhan dan kompetensi yang relevan untuk lulusan kita sehingga sesuai dengan kebutuhan riil di sektor-sektor masyarakat dan industri. Ketiga, kurikulum dan pembelajaran yang lebih mengasah keterampilan yang dibutuhkan di masyarakat yakni kemampuan kolaborasi dan pemecahan masalah. n muhamad ma'rup/P-4

Baca Juga: