Amerika Serikat kembali menerbangkan dua pesawat pembom strategis di kawasan Semenanjung Korea. Aksi ini merupakan unjuk kekuatan lanjutan AS terhadap pihak Korea Utara.

SEOUL - Ketegangan di Semenanjung Korea belum membaik. Pada Rabu (11/10), dua pesawat pembom strategis milik Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (AS) terbang melintasi wilayah udara Semenanjung Korea untuk unjuk gigi.

Peluncuran dua pesawat pengebom itu dilakukan setelah Presiden AS, Donald Trump, berjumpa para pucuk pimpinan Kementerian Pertahanan AS guna mendiskusikan bagaimana merespons setiap ancaman dari pemerintah Korea Utara (Korut). Pyongyang sudah dua kali meluncurkan misil ke arah Jepang dan melakukan uji coba senjata nuklir yang keenam kalinya dalam hitungan minggu.

Menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (Korsel), dua pesawat pengebom AS B-1B Lancer dijemput oleh jet tempur F-15K milik Angkatan Udara Korsel setelah terbang meninggalkan pangkalan militer Andersen di Guam. Usai memasuki wilayah udara Korsel, kedua pesawat pengebom strategis tersebut melakukan latihan militer di wilayah pesisir pantai timur Korsel kemudian terbang melintasi wilayah Korsel lalu menuju ke wilayah perairan Korea.

Dalam keterangannya, Angkatan Bersenjata AS menyatakan pihaknya melakukanlatihan militer dengan jet-jet tempur Jepang setelah melakukan latihan militer dengan Korsel. Latihan militer yang dilakukan pesawat pembom B-1B ini merupakan yang pertama kali dilakukan bersamaan dengan jet-jet tempur dari Jepang dan Korsel pada malam hari. Sebelumnya, pada Agustus 2017 Pyongyang mengancam akan menembakkan misil-misil jarak jauh ke Guam, sebuah teritorial AS di wilayah Pasifik, yang sering menjadi sasaran ancaman Korut.

Pada bagian lain, sebuah kelompok yang terdiri dari para pengusaha Korsel yang memiliki pabrik di kawasan industri Kaesong, Korut, menyatakan ingin mengunjungi kompleks industri bersama itu guna melakukan verivikasi klaim Pyongyang yang telah memulai kembali beberapa operasional.

"Kami mendesak pemerintah Korut segera menghentikan segala bentuk pekerjaan dengan aset-aset perusahaan kami," kata Shin Han-yong, pemimpin kelompok tersebut, yang dulunya mengoperasikan sebuah pabrik pembuat jaring ikan di Kaesong.

Pemerintah Korsel pada tahun lalu telah menarik kerja sama dalam pengelolaan kawasan industri itu sebagai respons uji coba nuklir dan misil Korut. Keputusan itu mengakhiri kerja sama yang sudah dibangun 1 dekade dalam pengelolaan kawasan industri tersebut, yang berada di wilayah zona demiliterisasi.

Sebelumnya pada Jumat pekan lalu (6/10), Pemerintah Korut menyatakan para buruh Korut sedang bekerja di kawasan industri tersebut. "Bukan urusan siapa pun atas apa yang kami lakukan di kawasan industri ini. Ini tempat kedaulatan kami," kata Pyongyang dalam situs resmi pemerintah itu, Jumat (6/10).

Aksi Peretasan

Sementara itu kantor berita Yonhap yang mengungkap keterangan anggota parlemen Korsel bernama Lee Cheolhee, mengabarkan bahwa peretas Korut telah mencuri sejumlah besar dokumen militer rahasia milik Korsel, termasuk di dalamnya dokumen mengenai rencana untuk "memenggal" pemimpin Korut Kim Jong-un, bila perang pecah. Informasi peretasan ini diperoleh Lee dari seorang pejabat pertahanan Korsel yang enggan disebut namanya, dan aksi peretas Korut itu terjadi pada September 2016.

"Ada 235 gigabyte dokumen militer dicuri dari Pusat Integrasi Data Pertahanan dan sekitar 80 persen dari dokumen itu masih belum diindetifikasi," demikian kata Lee. "Dokumen- dokumen itu juga memuat rencana cadangan untuk pasukan khusus Korsel, laporan kepada panglima-panglima negara sekutu Korsel, informasi tentang fasilitas militer utama dan pembangkit listrik," pungkas dia. uci/Rtr/I-1

Baca Juga: