Kelompok pemberontak di Myanmar kembali menyerang posisi junta militer di Mandalay dengan menembakkan roket ke markas besar militer di kota itu
YANGON - Pemberontak prodemokrasi yang melawan junta berkuasa di Myanmar telah menembakkan roket ke markas besar militer di Kota Mandalay, kata kelompok tersebut pada Senin (30/9), yang merupakan serangan terbaru dalam serangkaian serangan ke pusat struktur komando militer.
Tidak ada konfirmasi langsung dari junta mengenai serangan terhadap markas besar militer pusat di kota terbesar kedua di Myanmar yang terjadi pada Minggu (29/9), namun menurut sebuah kelompok aktivis bernama Brave Warriors for Myanmar (BWM) dilakukan oleh para anggotanya dengan menggunakan roket-roket berukuran 107 mm.
"Dua dari roket-roket tersebut menghantam sebuah bangunan di mana pasukan junta yang akan menyerang di Negara Bagian Shan utara tinggal," kata seorang anggota kelompok tersebut yang tidak mau disebutkan jati dirinya karena alasan keamanan.
Ia mengatakan beberapa tentara diyakini terluka dalam serangan tersebut, namun jumlah korban dan kerusakan masih belum diketahui. "Mereka yang melakukan serangan itu melarikan diri," kata dia.
Juru bicara junta untuk wilayah Mandalay, Thein Htay, belum berkomentar tentang serangan itu.
Markas besar tersebut berada di jantung Kota Mandalay, di tempat yang dulunya merupakan istana bertembok bagi raja-raja Myanmar yang digulingkan oleh penjajah Inggris pada abad ke-19. Tempat ini sebagian besar hancur selama Perang Dunia II, namun istana ini memiliki nilai simbolis yang penting bagi negara ini.
Seorang penduduk di daerah tersebut mengatakan bahwa ia mendengar ledakan keras pada hari Minggu. "Saya mendengar tiga atau empat ledakan sekitar pukul 2.28 dini hari. Ledakannya cukup keras, dari senjata besar, saya pikir," kata penduduk tersebut, yang menolak disebutkan namanya karena alasan keamanan.
Kemunduran
Militer Myanmar telah menghadapi kemunduran dalam pertempuran di beberapa bagian negara itu selama setahun terakhir melawan musuh-musuh pemberontak etnis minoritas dan Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) yang dibentuk oleh para aktivis yang mengangkat senjata setelah para jenderal menggulingkan pemerintah terpilih pada awal tahun 2021.
Meskipun mengalami kemunduran, termasuk hilangnya markas komando regional di Negara Bagian Shan, timur laut Mandalay, dan pangkalan angkatan laut di Negara Bagian Rakhine di bagian barat, militer tetap menguasai kota-kota besar dan dapat melakukan serangan yang menghancurkan dengan angkatan udaranya.
Sebelumnya para pejuang PDF telah meluncurkan beberapa serangan roket ke pangkalan militer dan para pemimpin junta di Ibu Kota Naypyidaw dan juga di kota utama Yangon. Junta telah mengutuk apa yang mereka sebut sebagai serangan "teroris" dan menangkap beberapa anggota kelompok bersenjata itu.
Anggota BWM tersebut mengatakan bahwa kelompoknya dan faksi sekutunya yang disebut Shadow Mandalay Group, telah menyerang pangkalan militer di Mandalay dua kali sebelumnya yaitu pada 21 Desember 2023 dan pada 3 September tahun ini. "BWM juga membantu merencanakan serangan roket ke pangkalan udara di Naypyidaw pada Juli lalu," kata para anggota kelompok itu.
Pemberontak PDF dan sekutu pasukan etnis minoritas juga telah merebut sejumlah kota di wilayah Mandalay, termasuk Mogoke, Thabeikkyin, Singu, dan Tagaung. Pasukan antijunta juga menggempur Kota Pyin Oo Lwin yang berjarak 64 kilometer di sebelah timur Mandalay yang merupakan tempat berdirinya Akademi Layanan Pertahanan militer. RFA/I-1