Sepuluh kelompok pemberontak menyatakan dukungan terhadap gerakan antikudeta di Myanmar. Kondisi ini diperkirakan akan membuat konflik semakin meluas dan pelik.

YANGON - Sepuluh kelompok pemberontak utama di Myanmar pada Sabtu (3/4) malam menyatakan dukungan mereka terhadap gerakan antikudeta yang menentang junta. Dukungan ini diperkirakan akan semakin mengobarkan konflik di negara yang telah lama menghadapi pertikaian antara tentara dengan kelompok-kelompok pemberontak etnis.

Dukungan pemberontak itu diumumkan setelah ke-10 perwakilan dari kelompok-kelompok pemberontak itu menggelar pertemuan secara virtual pada akhir pekan lalu untuk membahas situasi politik dan mengecam junta karena telah menembaki pengunjuk rasa.

"Kami perlu menegaskan kembali bahwa 10 kelompok pemberontak secara bersama berdiri dengan rakyat yang meminta diakhirinya kediktatoran," kata Jenderal Yawd Serk, ketua dari kelompok pemberontak Restoration Council of Shan State. "Para pemimpin junta harus bertanggung jawab atas pertumpahan darah ini," imbuh dia.

Sepekan sebelumnya, junta mendeklarasikan gencatan senjata selama sebulan penuh dengan kelompok-kelompok pemberontak. Namun Yawd Serk menyatakan gencatan senjata akan berlaku jika junta menghentikan semua tindakan kekerasan termasuk terhadap pada pengunjuk rasa.

Pertemuan secara virtual ini digelar sepekan setelah salah satu kelompok pemberontak yaitu Karen National Union (KNU) menguasai sebuah pangkalan militer di timur Negara Bagian Karen dan membunuh 10 pejabat militer dan junta membalas serangan itu dengan melancarkan serangan udara. KNU sendiri amat menentang junta dan saat ini kelompok pemberontak ini telah menampung ratusan aktivis antikudeta.

Sehubungan dengan serangan udara, juru bicara junta, Zaw Min Tun, menyatakan bahwa mereka hanya sekali melakukan serangan udara dan hanya menyasar KNU. Namun media lokal etnik Karen dan kelompok HAM menyatakan serangan udara berlangsung selama beberapa hari.

Berdasarkan laporan kelompok pemantau lokal, Assistance Association for Political Prisoners (AAPP), ada lebih dari 557 orang tewas dalam konflik terkait antikudeta dan banyaknya korban jiwa itu telah menyulut amarah sekitar 20 kelompok pemberontak yang sebagian besar menguasai wilayah-wilayah perbatasan Myanmar.

Lanjutkan Aksi

Semantara itu dilaporkan bahwa aksi protes menentang junta terus terjadi di sejumlah kota di Myanmar pada Minggu (4/4). Dalam aksi kali ini, para demonstran antikudeta di Myanmar membuat telur Paskah bergambar simbol perlawananterhadap junta, lalu mengunggah gambar telur itu di media sosial.

Slogan seperti "Kita harus menang", "Revolusi Musim Semi" dan "Mundur Min Aung Hlaing" dilukis di atas telur dalam foto-foto di media sosial. Min Aung Hlaing mengacu pada nama dari pemimpin junta di Myanmar.

Menyikapi gencarnya unggahan protes di media sosial, junta telah melancarkan kampanye untuk mengontrol arus informasi dan mengatur pesannya. Militer memerintahkan penyedia internet untuk memotong koneksi internet nirkabel, merampas akses sebagian besar pelanggan, meskipun beberapa pesan dan gambar masih diunggah dan dibagikan.

Junta juga dilaporkan telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap 40 selebritas terkemuka termasuk pemengaruh media sosial, penyanyi, dan model, atas tudingan bahwa mereka telah menyebarkan informasi yang bisa menyebabkan pemberontakan di angkatan bersenjata. AFP/I-1

Baca Juga: