Kulon Progo - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan pendampingan, pembinaan hingga jenama (branding) desa wisata yang berbasis potensi lokal dalam rangka menumbuhkan pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Penjabat Bupati Kulon Progo Ni Made Dwipanti Indrayanti di Kulon Progo, Rabu, mengatakan kegiatan gelar pesona desa wisata yang dilaksanakan Dinas Pariwisata Kulon Progo adalah upaya desa yang bisa mempertahankan, mengembangkan bahkan berkolaborasi untuk meningkatkan segala upaya baik dari sumber daya manusia, maupun potensi desa wisata tersebut.

"Kami berharap Kulon Progo tidak hanya dikenal Bandara Internasional Yogyakarta saja, namun memiliki branding semuanya ada, baik itu wisata, pangan maupun keindahan alamnya," kata Ni Made Dwipanti Indrayanti.

Di Kulon Progo terdapat 24 desa wisata yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Adapun beberapa desa wisata yang berkembang, diantaranya Desa Wisata Tuksono, Desa Wisata Sukoreno, Desa Sukoreno Glagah, Desa Wisata Kalibiru, Desa Wisata Jatimulyo, Desa Wisata Nglinggo, dan Desa Wisata Hargomulyo.

Menurut dia, pengembangan desa membutuhkan kolaborasi untuk kemudian mengembangkan ini sebagai satu potensi peningkatan ekonomi masyarakat. Dukungan semua pihak sangat berarti, termasuk pendampingan, pembinaan kemudian melakukan branding potensinya.

"Kami berharap gelar pesona desa wisata bukan menjadi ajang kompetisi untuk bersaing, tapi bagaimana penilaian ini menjadi bagian meningkatkan kualitas dari pengembangan destinasi khususnya desa Asita. Menang kalah tidak berarti Ketika kemudian yang telah dikembangkan itu tidak dilanjutkan dan tidak berdampak pada ekonomi masyarakat," kata Ni Made.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito mengatakan sebanyak 24 desa wisata dari Kulon Progo jadi peserta gelar pesona desa wisata.

Desa wisata ini dinilai berdasarkan inovasi dan kreasi yang dilakukan dalam mengembangkan wisatanya masing-masing. Hal ini dikarenakan, Dispar Kulon Progo berencana mengembangkan desa wisata yang saling terhubung satu sama lain. Sebab nantinya mereka bisa membuat paket wisata yang saling menguntungkan, termasuk bagi wisatawan.

"Meski demikian, desa wisata tetap memiliki identitas masing-masing sesuai potensi yang dimiliki. Konektivitas antardesa wisata jadi salah satu upaya untuk menguatkan potensi yang ada," katanya.

Baca Juga: