WASHINGTON - Para pengamat memperkirakan pembatasan terbaru Amerika Serikat (AS) pada investasi luar negeri untuk menghambat pengembangan teknologi kuantum Tiongkok, bidang persaingan dengan potensi militer, akan memiliki dampak "terbatas" karena Beijing mendorong untuk melokalkan teknologi ini.

Dikutip dari The South China Morning Post, Gedung Putih mengumumkan, pada Rabu (9/8), bahwa Presiden AS, Joe Biden, telah menandatangani perintah eksekutif yang membatasi investasi baru AS yang akan mendukung kemajuan teknologi sensitif Tiongkok, termasuk semikonduktor dan mikroelektronika, teknologi informasi kuantum, dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Dikatakan area itu jadi sasaran karena terkait militer, intelijen, pengawasan atau kemampuan yang mendukung dunia maya, yang merupakan ancaman yang tidak biasa dan luar biasa terhadap keamanan nasional.

Teknologi kuantum mengeksploitasi fenomena fisik pada skala atom dan subatomik dan meskipun merupakan area yang kurang dikomersialkan dibandingkan dengan semikonduktor atau kecerdasan buatan AI, ia memiliki potensi untuk berdampak besar pada sektor sipil dan militer setelah menggunakan teknologi tersebut.

"(Perintah eksekutif adalah) pengakuan atas modernisasi militer Tiongkok. Harapannya, dengan memperlambat akuisisi mereka atas teknologi baru ini. Hal itu akan mempertahankan beberapa margin keuntungan bagi AS," kata James Lewis, wakil senior- presiden dan direktur program teknologi strategis di lembaga think tank Center for Strategic and International Studies yang berbasis di Washington.

Teknologi Kunci

Teknologi kuantum secara matematis dapat memecahkan enkripsi yang melindungi komunikasi dan informasi sensitif, yang menjadikannya teknologi kunci di masa depan industri pertahanan.

Itu bisa memberikan keuntungan dalam mengembangkan radar yang dapat mendeteksi kapal selam dan pesawat siluman dan memungkinkan intelijen sensitif untuk didekripsi di tengah peningkatan pembangunan militer melawan AS di kawasan Asia- Pasifik. "(Jika) Tiongkok dapat membaca semua lalu lintas terenkripsi, itu akan sangat mengganggu stabilitas, dan menurut saya, di situlah risiko terbesarnya saat ini," kata Lewis.

Pada 2016, Tiongkok meluncurkan satelit berkemampuan kuantum pertama di dunia, Micius, yang menggunakan teknologi kuantum untuk mengirim partikel cahaya ke Bumi untuk membuat tautan komunikasi kuantum yang menonaktifkan intersepsi pesan terenkripsi.

Tiongkok dilaporkan telah mengembangkan radar kuantum yang menurut para ilmuwan pada 2021 dapat mendeteksi pesawat siluman dengan menciptakan badai elektromagnetik kecil.

Pada Juni, para ilmuwan Tiongkok mengumumkan perangkat komputasi kuantum Jiuzhang mereka dapat melakukan tugas yang biasa digunakan dalam AI 180 juta kali lebih cepat daripada superkomputer terkuat di dunia.

SB/SCMP/N-3

Baca Juga: