Dengan dipilihnya simbol garuda, diharapkan bisa meminimalisasi kecemburuan antarsuku terhadap bangunan Istana Presiden di Kaltim.

JAKARTA - Pembangunan Istana Presiden RI di ibu kota baru, Kalimantan Timur (Kaltim), akan berbasis kolaborasi dengan melibatkan para ahli. Hal ini dilakukan karena Istana Presiden tersebut akan memiliki banyak fungsi dan memanfaatkan teknologi.

"Saya memang punya ide dasarnya. Saya melibatkan art, sains, teknologi dan bisnis. Tapi yang kerjakan ada ahli-ahlinya dan saya sudah biasa berkolaborasi," kata desainer pemenang sayembara rancangan Istana Presiden diibu kota baruKaltim, I Nyoman Nuarta, dalam acara Nyoman Nuarta Preview Exhibition: Road to Beijing, di Jakarta, Sabtu (24/4).

Nyoman memastikan ahli-ahli yang tergabung dalam timnya itu punya kompetensi di bidangnya masing-masing dan bersertifikat. Adapun para ahli yang terlibat yaitu arsitek, ahli struktur, lingkungan, pencahayaan, dan sebagainya.

"Ada keberatan soal Surat Keterangan Ahli, tapi saya penggagas. Masa tidak boleh (membuat desain), nanti tinggal ahli yang kerjakan," jelasnya.

Konsep Bangunan

Lebih jauh, Nyoman menjelaskan dirinya memilih desain garuda dalam bangunan tersebut sebagai simbol pemersatu di Indonesia. Menurutnya, simbol garuda juga menjadi kebanggan Indonesia tiap ada kontingen tiap bidang berjuang di luar negeri.

Dia menambahkan Indonesia memiliki 700 suku bangsa yang memiliki ciri khas masing-masing. Dengan dipilihnya simbol garuda, diharapkan bisa meminimalisasi kecemburuan antar suku terhadap bangunan tersebut.

"Kita tidak menonjolkan etnik. Kalau salah satu saya tampilkan, misal rumah khas dari Padang atau rumah mana, apakah yang lain gak marah?" ucapnya.

Nyoman mengatakan pembuatan desain itu juga mempertimbangkan sisi ekonomi. Dengan demikian, istana yang akan dibangun tidak hanya menghabiskan biaya besar, tapi juga bisa memberikan hasil untuk negara.

"Patung besar itu harus ada perhitungan bisnisnya. Kalau tidak siapa itu? Kan itu membutuhkan triliunan rupiah. Nggak logis kalau kita membangun itu tanpa perhitungan," tandasnya.

Di sisi lain, pembuatan desain itu juga mempertimbangkan sisi ekonomi. Dengan demikian, istana yang akan dibangun tidak hanya menghabiskan biaya besar, tapi juga bisa memberikan hasil untuk negara.

"Kalau konsep saya itu melibatkan park, science, teknologi dan bisnis. Karena apa? Patung besar itu harus ada perhitungan bisnisnya. Kalau tidak siapa itu? Kan itu membutuhkan triliunan. Nggak logis kalau kita mem bangun itu tanpa perhitungan," ucapnya.

Nyoman menilai pembangunan istana presiden tidak lebih sulit dari pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK). Adapun GWK sendiri merupakan patung besar yang Nyoman bangun berkolaborasi dengan pada ahli dengan waktu pengerjaan 28 tahun.

Dia menekankan pembuatan desain itu juga mempertimbangkan sisi ekonomi. Dengan demikian, istana yang akan dibangun tidak hanya menghabiskan biaya besar, tapi juga bisa memberikan hasil untuk negara. ruf/N-3

Baca Juga: