» Investasi infrastruktur dapat mendukung pertumbuhan di banyak negara maju dan berkembang.

» Pembangunan infrastruktur juga harus dibarengi dengan perencanaan industrialisasi yang akurat.

JAKARTA - Pandemi Covid-19 berdampak di banyak sektor, seperti kesehatan, aktivitas ekonomi, serta tekanan pada ruang fiskal. Selain itu, pandemi juga mempengaruhi agenda pembangunan infrastruktur yang memegang kunci dalam mewujudkan pemulihan ekonomi global.

"Ruang fiskal yang semakin sempit memaksa pemerintah untuk fokus pada pengeluaran yang lebih mendesak, seperti perawatan kesehatan serta menyelamatkan banyak orang yang rentan dengan menggunakan perlindungan sosial. Selain itu, banyak proyek infrastruktur terkendala akibat pandemi," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam keynote speech-nya pada B20-G20 Dialogue on Finance and Infrastructure Accelerating Sustainable and Inclusive Growth secara daring.

Tidak hanya itu, menurut Sri Mulyani, pihak swasta juga menahan diri untuk berinvestasi di sektor infrastruktur bahkan membatalkan rencananya di banyak proyek infrastruktur karena kendala pandemi.

Berdasarkan laporan Bank Dunia 2021, pada paruh pertama tahun 2020, investasi sektor swasta dalam proyek infrastruktur di negara berkembang turun 56 persen dari periode yang sama pada 2019.

Padahal menurut Sri Mulyani, investasi infrastruktur dapat mendukung pertumbuhan di banyak negara maju dan berkembang sekaligus memberikan dorongan tambahan untuk output global melalui efek spillover yang positif.

Oleh sebab itu, ia memastikan Indonesia mendukung agenda infrastruktur yang berfokus pada empat pilar, yaitu ketahanan dan pemeliharaan, infrastruktur digital, infrastruktur yang berkelanjutan, serta inklusi sosial.

Pengamat ekonomi dari Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI), Surabaya, Leo Herlambang, ketika dihubungi Selasa (6/7), mengatakan dalam kondisi ruang gerak APBN yang sempit, pemerintah memang harus punya skala prioritas, pertama yaitu penanganan kesehatan dan kedua adalah untuk penguatan infrastruktur.

Dalam ruang yang sempit seperti sekarang, anggaran harus diprioritaskan, jangan sampai untuk yang kurang urgent. Pertama tentu untuk pemulihan kesehatan, dengan catatan jangan sampai salah sasaran dan harus efektif agar tidak mubazir.

Kedua, ia setuju jika infrastruktur sebagai kunci pemulihan karena di Indonesia akibat lemahnya infrastruktur dapat menambah cost sampai sekitar 20 persen. Tentu dengan perbaikan infrastruktur dapat me-reduce biaya-biaya yang tidak perlu ini. Sehingga pada gilirannya dapat mendukung upaya pemulihan dan pertumbuhan.

Hal senada dikemukakan pengamat ekonomi dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B Suhartoko, bahwa investasi infrastruktur akan mendorong pemulihan ekonomi global.

Menurut dia, dengan adanya pembangunan infrastruktur akan mendorong investasi di sektor riil dan selanjutnya peningkatan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan nasional. "Dengan demikian, dalam jangka menengah perekonomian global bergairah kembali," ucapnya.

Ia melanjutkan, investasi infrastruktur sangat penting karena dengan adanya infrastruktur menjadi kemudahan bagi para pengusaha untuk mendistribusikan output-nya ke perusahaan lain ataupun konsumen akhir.

Namun demikian, pembangunan infrastruktur jalan, pelabuhan, dan tenaga listrik perlu juga dibarengi dengan penyediaan kawasan industri yang terintegrasi. Artinya, pembangunan infrastruktur juga harus dibarengi dengan perencanaan industrialisasi yang akurat, proses perizinan yang relatif mudah, namun tetap memperhatikan lingkungan.

Agar investasi infrastrukrur ini meningkat terus, menurut Suhartoko, penyelenggara negara perlu memberikan insentif investasi yang menarik seperti tax holiday dan tax allowance.

Perhatikan "Timing"

Ekonom Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Aloysius Gunadi Brata, mengatakan meski dianggap sebagai hal yang positif bagi pemulihan ekonomi, namun pembangunan infrastruktur hendaknya memperhatikan timing terkait dampak pandemi. Selain itu, pembiayaan mesti jadi perhatian utama.

Di tengah situasi pandemi yang menyulitkan sektor ritel dan pariwisata, investasi infrastruktur dipandang sebagai shock positif bagi tumpuan pemulihan ekonomi. Namun, masalah timing terkait situasi pandemi dan pembiayaan musti jadi perhatian utama.

Gunadi mengatakan skala investasi infrastruktur yang besar memungkinkan untuk melibatkan banyak pekerja dengan rentetan input dari banyak sektor lain. Namun, pembangunan infrastruktur skala besar harus berpedoman pada turunnya kasus korona.

Masalah kedua adalah di pembiayaan. Dalam kondisi seperti sekarang, menurut Gunadi, rasanya berat untuk ada partisipasi sektor swasta seperti desain semula, public-private partnership. Maka, sumber-sumber pembiayaan eksternal menjadi opsi yang tampaknya tidak bisa dihindari. n ers/SB/YK

Baca Juga: