JAKARTA - Pemerintah mengeklaim telah melakukan berbagai upaya untuk menerapkan program dekarbonisasi, salah satunya dengan konversi energi fosil ke energi bersih. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengganti pembangkit listrik tenaga diesel di daerah yang tergolong dalam daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) dengan pembangkit listrik tenaga gas dan energi terbarukan.

Hal itu disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, saat memaparkan program dekarbonisasi Indonesia pada Forum Energi Sydney di Australia. Indonesia, katanya, juga melaksanakan proyek percontohan untuk teknologi penangkapan karbon, konversi kendaraan berbahan bakar fosil menjadi kendaraan listrik, pemanfaatan peralatan rumah tangga listrik, dan implementasi pensiun pembangkit batu bara.

"Di sisi lain, teknologi solar fotovoltaik juga penting untuk dikembangkan guna meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi Indonesia. Industri pendukung diperlukan untuk pengembangan ini dalam rangka meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri," kata Arifin.

Dalam kesempatan itu, dia memaparkan bahwa sumber daya Indonesia untuk mendukung peta jalan transisi energi juga berasal dari sumber daya mineral, antara lain nikel, tembaga, bauksit, mangan, timah, dan banyak lagi.

Pemerintah Indonesia sendiri memprioritaskan peningkatan nilai tambah mineral tersebut, misalnya nikel dan kobalt sebagai bahan baku pembuatan baterai untuk kendaraan listrik dan sebagai penyimpan pembangkit listrik energi terbarukan.

"Seperti negara lain, Indonesia dianugerahi dengan banyak sumber energi yang tersebar di seluruh negeri. Kami memiliki banyak sumber. Oleh karena itu, kami membutuhkan alat yang tepat untuk mencapai target net zero emission pada 2060," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (12/7).

Kemitraan Indo-Pasifik

Dalam upaya melakukan transisi energi itu, Arifin mengakui kalau menghadapi berbagai tantangan khususnya saat pandemi yang menyebabkan penurunan signifikan konsumsi energi karena larangan bepergian pada awal 2020.

Selain itu, konflik yang terjadi antara Russia dan Ukraina juga memicu kenaikan harga minyak dunia, dan diikuti oleh kenaikan harga bahan-bahan pokok.

Kendati demikian, dia berharap Forum Energi Sydney akan menjadi kekuatan untuk mendorong kemitraan energi di kawasan Indo-Pasifik.

Pemerhati Energi Terbarukan, Surya Darma, yang diminta pendapatnya menyatakan sepakat dengan pernyataan Menteri ESDM terkait prioritas EBT di daerah 3 T. Dia mengatakan sebetulnya kalau mengacu pada Undang-Undang (UU) Energi sangat jelas disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemda mengutamakan pemanfaatan energi terbarukan dan energi setempat lainnya.

Selama ini, kata Surya, prioritasnya tidak dijalankan, bahkan sering kali energi terbarukan yang masuk dalam sistem mendapatkan keluhan dari Independent Power Producer (IPP) dari energi terbarukan yang tidak diberikan peran setara dengan dalih yang sama yaitu harganya lebih tinggi.

"Sekarang dengan kenaikan harga energi fosil yang luar biasa menyebabkan harga energi terbarukan menjadi jauh lebih murah. Hal ini akan berdampak juga pada penggunaan energi mix di masa yang akan datang," kata Surya yang pernah menjabat Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (Meti).

Jika benar PLN sekarang akan lebih konsisten memprioritaskan energi setempat dan energi terbarukan, kata Surya, hal itu menjadi angin segar bagi pengembangan energi terbarukan ke depannya.

Baca Juga: