JAKARTA - Pemerintah terus mendorong pemanfaatan gas bumi domestik yang kini mencapai 62 persen. Adapun gas bumi dinilai menjadi andalan menuju transisi energi.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji mengatakan pemanfaatan gas bumi domestik ini digunakan untuk sektor industri, pabrik pupuk dan kelistrikan. "Kondisi ini, berbanding terbalik dengan beberapa tahun silam yang mana produksi gas sebagian besar diekspor," sebutnya di Jakarta, Senin (30/5).

Untuk menambah suplai, lanjut dia, pemerintah terus mendorong pengembangan gas agar target produksi 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030 dapat tercapai. Berdasarkan data potensi, gas bumi Indonesia masih menjanjikan dan sangat layak menjadi energi transisi menuju energi terbarukan.

"Berdasarkan potensi migas yang ada, sangat tepat dan layak apabila gas dikatakan sebagai energi transisi menuju energi terbarukan," ujarnya.

Tutuka menyampaikan potensi gas Indonesia yang diharapkan cukup besar adalah Blok Andaman I, II dan III. Sebagai informasi, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Premier Oil (A Harbour Energy Company) melakukan pengeboran untuk menguji dan mengevaluasi potensi kandungan gas yang terdapat pada struktur Timpan yang berada di bagian barat WK Andaman II. Sumur Timpan-1 dibor secara vertikal dengan menggunakan anjungan pengeboran Drill Ship West Capella. Sumur ini ditajak dengan rencana kedalaman akhir sumur di 14,457 ft MDRT. Pengeboran tersebut termasuk ke dalam kategori laut dalam (Deepwater).

Program pengeboran sumur Timpan-1 akan dilaksanakan dalam waktu 3 bulan ke depan. Untuk terus mendorong penemuan migas baru, tahun ini ditargetkan pengeboran 42 sumur.

Tambah Produksi

Untuk menambah produksi, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) meresmikan on stream proyek pengembangan Lapangan Jumelai pekan lalu. Proyek ini yang menjadi bagian dari Proyek Jumelai, North Sisi, North Nubi (JSN) di Lapangan Senipah-Peciko-South Mahakam (SPS) di Kabupaten Kutai Kertanegara. Proyek Jumelai merupakan proyek fasilitas produksi pertama dari PHM yang beroperasi pada 2022.

Deputi Operasi SKK Migas, Julius Wiratno menyebut, estimasi produksi dari proyek ini adalah gas sebesar 45 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari) dan kondensat 710 BCPD (barel kondensat per hari). "Dengan produksi yang cukup besar, maka produksi dari Lapangan Jumelai menjadi salah satu penopang kebutuhan migas nasional sekaligus sebagai penggerak roda perekonomian bagi Indonesia, khususnya di Provinsi Kalimantan Timur," kata Julius.

Baca Juga: