Akibat pemanasan global yang terjadi terus menerus akan membuat suhu laut semakin naik. Hal itu akan menyebabkan banyak terumbu karang mati.
SURABAYA - Berkurangnya jumlah ganggang di laut akibat pemanasan global, bila berlangsung terus akan membuat suhu laut semakin naik. Hal itu akan menyebabkan berkurangnya jumlah terumbu karang yang berarti kerusakan ekosistem laut. Hal itu merupakan bencana lingkungan yang sekaligus berdampak pada kelangsungan ekonomi masyarakat.
"Pemanasan global yang berlangsung terus menyebabkan efek rumah kaca, berdampak pada kandugan karbondioksida di udara yang berkumpul di langit dan menumpuk semakin tebal. Semua itu mengahalangi panas bumi yang ingin lepas, akibatnya temperatur bumi naik terus," kata pakar lingkungan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Agus Slamet kepada Koran Jakarta, Senin (15/1).
Apa yang disampaikan Agus ini menanggapi studi yang terbit dalam jurnal Science edisi 5 Januari 2018. Dalam studi itu disebutkan perubahan iklim, membuat kadar oksigen di dalam lautan menurun. Tentunya, ini mengancam ekosistem di laut. Rantai makanan dan biota laut yang membutuhkan oksigen jelas akan terganggu.
Dari studi itu terungkap bahwa wilayah laut terbuka yang minim oksigen meningkat empat kali lipat. Hal itu juga terjadi di wilayah muara, teluk, dan pesisir, sejak 1950. Studi berjudul Declining Oxygen in the Global Ocean and Coastal Waters itu menjelaskan suhu permukaan air naik. Suhu panas ini menyerap oksigen di permukaan.
Lebih jauh Agus mengatakan bila pemanasan global ini terus terjadi maka akan terjadi disaster (bencana). Bencana tersebut akan bermacam-macam dampaknya, mulai perubahan iklim, kekeringan berkepanjangan, produksi pertanian terganggu, produksi makanan berkurang, dan kelaparan menghantui.
Seratus tahun lagi akan banyak terjadi bencana. Kecuali manusia bisa menemukan teknologi yang bisa meredam emisi gas rumah kaca. Perubahan temperatur, tambah Agus, juga terjadi di lautan dan berdampak pada kehidupan terumbu karang. Naiknya suhu air laut menyebabkan bleaching (pemutihan) karang, pada organisme-organisme karang lunak, dan alga (ganggang) yang bersimbiosis dengan terumbu.
Sangat Sensitif
Menurut Agus, terumbu karang merupakan biota laut yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Kematiannya akan menyebabkan rusaknya habitat hidup ikan-ikan karang, yang itu berarti hilangnya salah satu rantai makanan di laut. Ini sangat berpengaruh mengingat terumbu karang di Indonesia yang sekarang kondisinya baik, hanya sekitar 5 persen.
Pemerhati kelautan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Wahyudin Lewaru mengatakan memanasnya suhu di permukaan laut akibat efek rumah kaca yang berlebihan. Itu sebagai akibat meningkatnya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lain di atmosfer.
Menurut Wahyudin, meningkatnya konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh banyaknya pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan bahan bakar organik lain yang melebihi kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO), dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC).
"Efek rumah kaca akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut. Jadi upaya untuk mengurangi pemanasan suhu air laut dengan mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan," tutur Wahyudin.
Sebelumnya, pengamat lingkungan dari Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Suwarno mengatakan adanya perubahan iklim membuat kadar oksigen di laut menurun sehingga akan mengancam ekosistem laut. Terlebih keberadaan laut menjadi pemasok terbesar oksigen di bumi. n SB/tgh/SM/N-3