Judul : Core Christianity
Penulis : Michael Horton
Penerbit : Katalis
Cetakan : 2017
Tebal : 221 halaman
ISBN : 978-602- 60297-2-0
Keyakinan tidak bisa dipaksakan. Ia juga harus dikenal dengan baik. Kristen sebagai agama yang diturunkan Allah, jelas mewartakan hal luar biasa, bahkan kadang mustahil menurut akal. Namun, melalui Yesus, pesan yang tampak utopis tersebut
ijembatani dengan beragam kisah sehingga terasa begitu dekat, dikenal, dan menjadi bagian kisah umat yang meyakininya.
Kelahiran Yesus adalah kunci penting membumikan firman Tuhan sehingga bisa dikenal, dirasakan, diyakini, dan diamalkan. Doktrin yang biasanya taken for granted alias diterima begitu saja, dalam konteks Kristen tidak berlaku. Padanya, akal dan iman dipadukan sehingga keyakinan tumbuh di atas kesadaran.
Buku ini secara garis besar menyajikan urutan dasar meyakini doktrin Kristen yang diawali dengan pemahaman tentang drama faktual yang dikisahkan dalam Alkitab. Kisah-kisah tersebut akan terus terulang dalam momen, konteks serta format berbeda, namun dengan esensi sama. "Salah satu alasan orang Kristen mendapati Alkitab sulit karena belum melihat betapa berbagai bagiannya cocok dengan drama yang terbentang sejak penciptaan dan kejatuhan sampai keluaran dan penebusan, terus berlanjut hingga penciptaan baru. Alur kisah dengan Kristus sebagai tokoh sentral menghubungkan semuanya," kata Michael Horton, penulis buku ini (hlm 17).
Urgensi kisah dimiliki semua ideologi dan agama-agama dunia. Kisah tertentu menjadi titik balik pemahaman, keyakinan sekaligus referensi problem solving atas persoalan hidup oleh mereka yang meyakininya. Ketika umat Buddha menghadapi persoalan, akan mencari penyelesaian dari kisah-kisah Buddha. Begitu pula Yahudi, Islam, dan umat Kristen.
Kisah tersebut menjadi doktrin karena tidak sekadar dipahami sebagai fakta sejarah, namun diyakini sebagai way of life absolut. Misalnya, kisah penyaliban dan kebangkitan Kristus pada 1 Korintus 15:1-5. Darinya umat Kristiani mendapat satu doktrin penting sebagaimana termaktub pada Roma 4:25, "Diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita."
Dengan kata lain, penyaliban Yesus karena dosa-dosa pelanggaran kita di dunia. Dengan penyalipan itu, dosa-dosa umat manusia ditebus dan diangkat dari yang sebelumnya bukan umat Allah dan tidak dikasihi, menjadi bagian umat Allah, para pewaris bersama Kristus atas seluruh kekayaan dan kasih karunia-Nya (hlm 96).
Pada titik inilah, umat Kristiani mesti melakukan doksologi, pujian, rasa syukur atas anugerah tersebut. Diangkat sebagai umat Allah dan pewaris- Nya merupakan anugerah teragung karena bersama-Nya, mereka akan melewati kisah-kisah luar biasa, yang terkadang tidak bisa dijangkau logika.
Tugas umat Allah adalah discipleship atau kemuridan untuk mewartakan kebaikan. Ajak mereka agar merasakan keagungan serupa. Tuntun mereka ke kerajaan Allah yang dijanjikan. Di titik ini, umat Kristiani sudah menjadi Kristus karena telah menyerap firman Allah tidak pada level egosentris, melainkan pada level altruis di mana fokus utamanya membentangkan kasih Allah kepada segenap manusia (hlm 196).
Tahapan-tahapan meyakini doktrin Kristen seperti tadi sebenarnya juga dilakukan Paulus. Simaklah suratnya kepada jemaat di Roma. Awalnya dia mengisahkan tentang kitab-kitab Allah yang telah dijanjikan. Lalu dia menjelaskan doktrin tentang dunia yang terkutuk di bawah Hukum Taurat, namun dibenarkan dengan cuma-cuma oleh karena kasih-karunia-Nya melalui iman dalam Kristus.
Diresensi Moh Zammil Rosi, Lulusan STKIP Sumenep