JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat dalam perdagangan awal pekan ini. Pergerakan IHSG bakal dipengaruhi rilis data neraca perdagangan nasional Indonesia.

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana rilis data ekspor impor dan neraca dagang Indonesia awal pekan ini akan menjadi sentimen IHSG. Herditya memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Senin (15/1), bergerak menguat dengan support di 7.205 dan resistance di 7.250.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (12/1) sore, ditutup menguat di tengah pelemahan mayoritas bursa kawasan Asia.

IHSG ditutup menguat 21,18 poin atau 0,29 persen ke posisi 7.241,14. Sementara, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 7,88 poin atau 0,81 persen ke posisi 977,82.

"Ada kekhawatiran bahwa inflasi Amerika Serikat (AS) berpotensi kembali naik akibat adanya kenaikan harga minyak mentah disebabkan adanya konflik di Timur Tengah, yang menjadi penting mengingat jika inflasi AS berada lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar, maka probabilitas pemangkasan suku bunga akan menjadi lebih besar," sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.

Berdasarkan data Biro Statisik AS, inflasi AS pada Desember 2023 naik menjadi 3,4 persen year on year (yoy), dari sebelumnya sebesar 3,1 persen (yoy) pada November 2023.

Secara bulanan, CPI pada Desember 2023 juga naik menjadi 0,3 persen month to month (mtm), dari sebelumnya sebesar 0,1 persen (yoy) pada November 2023.

Kenaikan inflasi AS terjadi karena adanya seasonality Natal dan tahun baru. Selain itu, memanasnya konflik di Timur Tengah, yang turut menaikkan harga minyak mentah dunia juga berkontribusi menaikkan inflasi pada akhir 2023.

Baca Juga: