JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melemah awal pekan ini. Pelaku pasar terus memantau perkembangan ekonomi di Amerika Serikat (AS) yang nantinya dijadikan sebagai petunjuk baru menerka arah kebijakan moneter bank sentral setempat (the Fed).

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sependapat rupiah berpotensi tertekan. Inflasi yang stagnan, ditambah dengan meningkatnya sejumlah tanda ketahanan perekonomian AS memberikan ruang bagi The Fed mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

Karenanya, Ibrahim memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Senkn (29/1), berpotensi melemah di kisaran 15.820-15.890 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada akhir perdagangan, Jumat (26/1), ditutup menguat satu poin atau 0,01 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.825 rupiah per dollar AS di tengah kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) yang tetap resilien.

"Dollar AS menguat terhadap mata uang G-10 setelah data produk domestik bruto (PDB) AS menunjukkan kondisi perekonomian AS tetap resilient," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede di Jakarta.

Josua menuturkan pertumbuhan PDB AS pada kuartal IV-2023 turun menjadi 3,3 persen dari 4,9 persen pada kuartal sebelumnya, namun lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 2 persen.

Baca Juga: