JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melemah awal pekan ini. Pergerakan rupiah bakal dipengaruhi sentimen eksternal mulai dari rilis data survei kinerja manufaktur hingga tingkat belanja pribadi konsumen di Amerika Serikat (AS).

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Senin (22/1), bergerak di kisaran 15.550-15.680 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada akhir pekan lalu ditutup menguat, seiring pasar mengantisipasi pemangkasan suku bunga kebijakan AS atau Fed Funds Rate (FFR).

Pada penutupan perdagangan, Jumat (19/1), kurs rupiah menguat sembilan poin atau 0,05 persen menjadi 15.615 rupiah per dollar AS.

"Ekspektasi waktu pemangkasan suku bunga acuan AS mungkin sudah diantisipasi oleh pelaku pasar," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra, di Jakarta.

Selain itu, pasar juga sudah memprediksi suku bunga acuan AS pada akhirnya memang akan lebih rendah tahun ini, sehingga penguatan dollar AS bisa saja tertahan.

Data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS menunjukkan jumlah klaim sebesar 187 ribu, lebih kecil dibandingkan ekspektasi pasar yang sebesar 207 ribu.

Menurut Ariston, hal tersebut mendukung ekspektasi pemangkasan suku bunga tidak akan dilakukan terburu-buru oleh Bank Sentral AS atau The Fed.

Baca Juga: