JAKARTA - Penguatan rupiah terhadap dollar AS diperkirakan bersifat terbatas. Sebab, dollar AS dalam perdagangan, Senin (6/9), di London, Inggris, cenderung menguat.

Para pelaku pasar cenderung mengesampingkan sentimen tapering menyusul data penambahan pekerjaan yang tak sesuai ekspektasi. Hal itu karena dibantu oleh imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih kuat.

Data ketenagakerjaan non-pertanian atau non-farm payroll AS yang dirilis tercatat jauh di bawah ekspektasi. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan hanya ada 235.000 pekerjaan pada Agustus, setelah lonjakan sebanyak 1,05 juta pekerjaan pada Juli.

Namun, Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10-tahun yang menguat ke level tertinggi lebih dari satu minggu juga mendorong dollar lebih tinggi. Indeks dollar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang rivalnya, naik tipis 0,1 persen menjadi 92,23, setelah merosot ke 91,941 untuk pertama kalinya sejak 4 Agustus pada Jumat (3/9).

Sementara itu, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (6/9) sore, ditutup menguat 40 poin atau 0,28 persen dari akhir pekan lalu menjadi 14.223 rupiah per dollar AS.

"Rupiah masih menguat untuk sementara oleh sedikit meredanya kekhawatiran tapering yang ditunjukkan oleh pasar yang menguat oleh risk appetite," kata Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong saat dihubungi di Jakarta.

Baca Juga: