JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar AS berpotensi berbalik melemah, hari ini (23/11). Pergerakan rupiah masih dipengaruhi sentimen pasar global terhadap outlook kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Fed pada Desember mendatang.
Analis Monex Investindo, Andian Wijaya, menilai pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga the Fed masih akan berlanjut hingga pertengahan 2023. Menurutnya, hal itu menjadi sentimen pelemahan rupiah.
Andian memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Rabu (23/11), bergerak di kisaran 15.680-15.850 rupiah per dollar AS.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (22/11) sore, menguat seiring pelaku pasar yang menantikan risalah pertemuan the Fed.
Rupiah ditutup menguat 16 poin atau 0,1 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.697 rupiah per dollar AS.
"Rupiah menguat di tengah koreksi pada dollar AS. Investor cenderung wait and see menjelang risalah pertemuan FOMC besok," kata Analis DCFX Futures Lukman Leong dalam kajiannya di Jakarta.
Indeks dollar AS turun 0,08 persen menjadi 107,68. Indeks telah naik mendekati 0,8 persen semalam, kenaikan harian terbesar sejak 3 November.
Investor terus menilai ulang ekspektasi seberapa tinggi the Fed akan menaikkan suku bunga ketika berupaya menurunkan inflasi dari mendekati level tertinggi dalam 40 tahun.
Pidato dari pembicara the Fed pada Senin (21/11) memberikan beberapa kejutan, dengan Presiden The Fed Cleveland, Loretta Mester, mengatakan bank sentral dapat menurunkan kenaikan suku bunga ke yang lebih kecil mulai bulan depan.