JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melemah pada awal pekan ini. Pelaku pasar cenderung memilih untuk menunggu atau wait and see rapat dewan kebijakan The Fed dan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS), sementara dari dalam negeri, dipengaruhi penurunan cadangan devisa negara.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan pada akhir pekan lalu tekanan rupiah cukup kuat akibat penurunan cadangan devisa sebesar 3,9 juta dollar AS.

Sentimen tersebut diperkirakan masih mempengaruhi rupiah, hari ini (12/6). Di sisi lain, pasar menanti rilis inflasi AS yang akan menjadi pertimbangan The Fed melanjutkan normalisasi moneter.

Fikri memproyeksikan murs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Senin (12/6), bergerak di kisaran 14.820-15.720 rupiah per dollar AS dengan kecenderungan melemah.

Sebelumnya, dalam penutupan perdagangan Jumat (9/6), rupiah menguat 0,37 persen atau 55 poin dari sehari sebelumnya menjadi 14.840 rupiah per dollar AS.

Analis ICDX Revandra Aritama menyatakan penguatan rupiah itu berada pada level baik dan kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) yang cukup tertekan.

"Inflasi relatif terjaga, pertumbuhan ekonomi juga dinilai sangat baik, cadangan devisa juga ada di level yang baik," ungkap Revandra di Jakarta.

Baca Juga: