JAKARTA - Tekanan terhadap rupiah diperkirakan masih berlanjut ke depan karena sentimen terhadap risalah rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, masih berlanjut. Dalam risalah rapat dewan kebijakan moneter The Fed tersebut, bank sentral AS berencana mengerem injeksi likuiditas ke perekonomian seiring mulai membaiknya sejumlah indikator perekonomian di Negeri Paman Sam.

"Risalah dari pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve mengungkapkan ada lebih banyak pembicaraan tentang pengurangan pembelian obligasi mereka daripada yang dipikirkan investor," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis (20/5).

Dalam risalah The Fed, beberapa pembuat kebijakan mengatakan bahwa diskusi tentang pengurangan laju pembelian aset akan tepat "di beberapa titik" jika pemulihan ekonomi terus mendapatkan momentum. Hal itu mengejutkan investor mengingat Gubernur The Fed Jerome Powell telah mengatakan tepat setelah pertemuan itu bulan lalu bahwa belum waktunya untuk mulai membahas perubahan kebijakan apapun.

Sementara itu, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, kemarin sore, ditutup melemah, dipicu pembicaraan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), soal pengurangan pembelian aset atau tapering. Rupiah ditutup melemah 85 poin atau 0,59 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.375 rupiah per dollar AS.

Baca Juga: