JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan koreksinya jelang akhir pekan ini. Pergerakan IHSG bakal dipengaruhi beberapa sentimen dari dalam maupun luar negeri.

Dari dalam negeri, perlambatan pertumbuhan penjualan ritel pada Desember 2022 menjadi 0,7 persen dari 1,3 persen pada November 2022 bakal mempengaruhi saham terutama di sektor consumer goods. Dari eksternal, IHSG dipengaruhi data tunjangan pengangguran AS.

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan memproyeksikan IHSG dalam perdangan, Jumat (10/2), bergerak di kisaran 6.840-7.000 dengan kecenderungan terkoreksi.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (9/2) sore, ditutup melemah dipimpin oleh sektor teknologi. IHSG ditutup melemah 42,75 poin atau 0,62 persen ke posisi 6.897,3. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 6,71 poin atau 0,70 persen ke posisi 952,2.

"Sektor teknologi mengalami pelemahan terdalam dan diikuti oleh energi, konsumen non primer, industri, infrastruktur, barang baku, kesehatan dan properti & real estate," tulis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas di Jakarta.

Penguatan terbatas IHSG juga dipengaruhi oleh laporan penjualan ritel dalam negeri yang mengalami penurunan pada Desember 2023 menjadi sebesar 0,7 persen, dari sebelumnya 1,3 persen.

Tren penjualan ritel tahunan terus mengalami penurunan, yang mana apabila ditarik ke belakang sempat tumbuh mencapai 15,2 persen pada Januari 2022.

Hal ini menunjukkan penjualan ritel di dalam negeri bergerak lebih lambat akibat terpengaruh oleh kenaikan inflasi yang juga menurunkan daya beli masyarakat.

Dibuka menguat, IHSG cenderung bergerak di teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih nyaman bergerak di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.

Baca Juga: