JAKARTA - Dollar AS bergerak relatif stabil pada akhir perdagangan Jumat (8/10) waktu New York, Amerika Serikat (AS) atau Sabtu (9/10) pagi WIB, setelah laporan ketenagakerjaan AS mengecewakan. Kondisi tersebut berpotensi mendorong rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan menguat pada awal pekan ini, terlebih didukung melandainya data Covid-19 di Tanah Air.

Data Departemen Tenaga Kerja AS, Jumat (8/10) menunjukkan penggajian non-pertanian (NFP) pada September lalu bertambah 194.000. Namun, angka tersebut di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan penambahan sebesar 500.000 pekerjaan.

Karenanya, para pedagang berspekulasi bahwa angka-angka tersebut tidak akan mempengaruhi Federal Reserve untuk memulai pengurangan pembelian asetnya pada awal November.

"(Ini) pasti meleset dari angka utama, tetapi detail yang mendasarinya tidak terlalu suram seperti yang tampak, dan, pada akhirnya, itu masih konsisten dengan Fed memberikan tapering bulan depan," kata Mazen Issa, ahli strategi senior valas di TD Securities di New York.

Dari dalam negeri, pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan penambahan 894 kasus baru Covid-19, Minggu (10/10) sehingga jumlahnya di Tanah Air mencapai 4.227.932, terhitung sejak diumumkannya kasus pertama pada 2 Maret 2020.

Indeks dollar, yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama sainggannya, turun tipis 0,1 persen pada 94,067, tidak jauh dari tertinggi satu tahun di 94,504 yang disentuh minggu lalu.

Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan lalu ditutup melemah menanti rilis laporan ketenagakerjaan non pertanian atau non farm payrolls malam nanti. Rupiah ditutup melemah 6 poin atau 0,04 persen ke posisi dari sehari sebelumnya menjadi 14.223 rupiah per dollar AS.

"Dollar AS mampu mempertahankan kenaikan jelang rilis data tenaga kerja AS yang dapat memberikan petunjuk tentang waktu langkah The Federal Reserve selanjutnya," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta.

Baca Juga: